Thursday, May 7, 2015

TUGASKU : SUNDARA KANDA_RAMAYANA


PEMBAHASAN

2.1 Ringkasan Cerita Sundara Kanda
Sundara Kanda merupakan kanda yang kelima dari sapta kanda Ramayana. Dalam Sundara Kanda terdapat cerita Ramayana yang diawali dengan keberangkatan Sang Hanuman mencari Dewi Sita yang diculik oleh Ravana kemudian dibawa ke negeri Lengka. Sang Hanuman melakukan lompatan, kemudian  terbang melewati langit menuju negeri Lengka. Kecepatan Sang Hanuman terbang melebihi kecepatan pikiran, dan tak tertandingi oleh Garuda, Surya, dan Angin. Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan raksasi yang bengis dan ingin memakannya hidup-hidup. Sang Hanuman yang kuat dan cerdik dapat mengalahkan raksasi tersebut dengan membunuhnya. Raksasi tersebut ialah Si Dakini yang perutnya dirobek oleh Sang Hanuman dan Si Wikataksini yang lehernya berhasil dirobek oleh Sang Hanuman.
Setelah melewati samudra yang amat luas, Sang Hanuman sampai di Gunung Swela. Kembali ia melihat raksasa buas sedang mencari mangsa. Sang Hanuman berhasil bersembunyi, dan melanjutkan perjalanannya dengan melewati sebuah sungai. Sang Hanuman sampai di negeri Lengka pada malam hari. Ia melihat raksasa yang sedang membawa obor untuk menjaga kerajaan. Sang Hanuman berhasil menyusup ke dalam kerajaan dengan cara menjelma seperti raksasa yang ada disana.
Sang Hanuman melihat taman yang indah dan sangat luas diarah timur kerajaan. Taman tersebut bernama Taman Angsoka karena terdapat banyak bunga yang indah dan sedang mekar disana. Sang Hanuman segera menuju kesana  dengan cara mengubah tubuhnya menjadi tupai agar mampu meloncat-loncat di dahan-dahan bunga sehingga tidak diketahui oleh raksasa penjaga kerajaan. Ketika ia sesekali melihat kebawah, ia melihat Dewi Sita yang kurus dan berpakaian yang sangat lusuh sedang dijaga ketat oleh para raksasa. Kemudian datanglah Ravana merayu Dewi Sita, tetapi ia tetap pada pendiriannya, yaitu setia dan cinta kepada Sang Rama. Dewi Sita mencaci maki Sang Ravana sehingga menyebabkan ia murka dan menghunuskan kerisnya kepada Dewi Sita. Dewi Sita tetap pada pendirianya, Sang Ravana pun pergi.
Sang Trijata adalah raksasi yang baik hati yaitu putri dari Wibisana. Sang Trijata menjaga Dewi Sita di Taman Angsoka. Dewi Sita pun menceritakan semua kesedihan dan  kerinduannya terhadap Sang Rama kepada Sang Trijata. Menyaksikan hal tersebut, Sang Hanuman segera mendekat untuk menyampaikan kerinduan Sang Rama.
Dewi Sita sangat terkejut melihat kedatangan Sang Hanuman, ia awalnya mengira bahwa  itu  adalah penjelmaan Sang Ravana menjadi seekor kera yang jinak. Setelah melihat Dewi Sita curiga, Sang Hanuman pun menunjukkan cincin kesetiaan Sang Rama. Sang Hanuman menyampaikan semua keadaan Sang Rama semenjak mereka berdua terpisahkan dan ia juga menyampaikan bahwa sekarang Sang Rama tinggal di Gunung Maliawan. Akhirnya Dewi Sita pun menerima cincin Sang Rama dan segera menitipkan cudamani untuk Sang Rama. Kesedihan Dewi Sita berangsur pergi setelah mengetahui tujuan Sang Rama. Dewi Sita juga menyampaikan kerinduan yang amat dalam kepada Sang Rama. Sang Hanuman sangat senang karena berhasil menjalankan kewajibannya untuk mencari Dewi Sita. Lalu ia menyembah dan lekas pergi untuk menghancurkan kerajaan milik Sang Ravana dengan tujuan meminimalisir kekuatan dari pihak Sang Ravana. 
Sang Hanuman menghancurkan Taman Angsoka, pohon-pohon pun tumbang dan bunga-bunga berguguran. Binatang-binatang berhamburan dan penjaga istana berlarian untuk melaporkan kejadian tersebut kepada Sang Ravana. Mendengar kejadian tersebut, Sang Ravana menjadi sangat murka. Dengan cepat ia memerintahkan prajurit-prajuritnya untuk menyerang dan membunuh Sang Hanuman. Karena kekuatannya, Sang Hanuman berhasil mengalahkan banyak prajurit raksasa. Raksasa yang masih hidup kembali melaporkan kejadian tersebut kepada rajanya. Sang Ravana memerintahkan para hulu balang untuk menyerang Sang Hanuman, akhirnya Sang Hanuman pun memenangkan peperangan tersebut. Dengan mudah Sang Hanuman menghancurkan mereka, mayat-mayat pun bergelimpangan di medan perang.
Sang Aksa yang amat sakti adalah putra Sang Ravana. Sang Aksa sangat ahli memanah, dengan anak panahnya ia menyerang Sang Hanuman. Tetapi panah tersebut tidak dapat menghancurkan Sang Hanuman.  Sang Aksa akhirnya dapat dikalahkan oleh Sang Hanuman menyerang dengan mengunakan kayu sampai memutuskan tangan Sang Aksa, akhirnya Sang Aksa gugur dalam perang.
Setelah sempat beristirahat, kemudian datang Sang Indrajit menghampiri Sang Hanuman untuk membalas dendam. Sang Indrajit juga bernama Sang Meganada, Sang Hanuman menantang Sang Indrajit untuk berperang. Sang Indarjit sanat merasa tertantang, kemudian ia menyerbu Sang Hanuman dengan para prajuritnya. Peperangan terjadi dengan sengit, anak panah yang dikeluarkan oleh para raksasa menyatu dengan panah sang Indrajit untuk menghancurkan Sang Hanuman. Tetapi anak panah tersebut tidak dapat mengusik badan Sang Hanuman. Sang Hanuman dapat menjelma menjadi banyak, dengan jumlah yang tak terhitung, bahkan sampai ada ribuan Hanuman. Penyerangan para raksasa sia-sia dan tak membuahkan hasil, mereka kepayahan karena mengejar ribuan Hanuman kesana-kemari. Sang Hanuman memanfaatkan kesempatan tersebut dengan mengambil dahan kayu untuk memukul para raksasa sampai mati.
Sang Hanuman diserang kembali oleh Sang Indrajit. Sang Indrajit kembali memanah Sang Hanuman dengan memacu keretanya dengan cepat. Kekalahan kembali menghampiri Sang Indrajit, penyerangannya hanya sia-sia karena tak dapat mengusik Sang Hanuman. Kuda Sang Indrajit juga menyerang Sang Hanuman, dengan cepat Sang Hanoman melompat dan merobek perut kuda tersebut dengan kukunya, akhirnya kuda tersebut mati. Sang Indrajit kembali mengerahkan kuda yang amat sakti untuk menyerang Sang Hanuman dan mengerahkan prajurit perang dengan jumlah yang sangat banyak. Para prajurit tersebut berbaris rapat, kemudian semuanya melepaskan anak panah untuk menyerang Sang Hanuman.  Anak panah yang rapat tertimbun, jika dalam peperangan sampai terjadi keadaan seperti ini, jarang sekali ada yang bisa melawan. Anak panah berhasil menancap pada badan Sang Hanuman, tetapi ia membiarkan begitu saja sebagai simbol keberaniannya, Sang Indrajit merasa sangat terhina melihat hal tersebut.
Sang Indrajit kembali menyerang Sang Hanuman dengan panah nagapasa.  Panah tersebut berwujud ular yang sangat besar dan panjang, dengan gigi yang menakutkan. Tangan dan paha sampai ke lutut Sang Hanuman dililit oleh ular tersebut, tulang rusuk dan dadanya terjepit sampai ia roboh dan terjatuh. Tetapi jatuhnya Sang Hanuman hanya tipuan belaka agar ia dapat bertemu dengan Sang Ravana. Sang Hanuman terlihat tak berdaya, sehingga para raksasa bergemuruh. Sang Indrajit memerintahkan agar Sang Hanuman diangkat dan dihadapkan kehadapan Sang Ravana, agar Sang Ravana mengetahui bahwa panah nagapasa tak tertandingi.
Sang Ravana sangat murka dan memerintahkan untuk membunuh Sang Hanuman dengan cara dibungkus dengan benda-benda yang tipis yang mudah terbakar. Sang Hanuman pun dibakar, tetapi tiba-tiba ia membesar sebesar Gunung Semeru. Dengan cepat ia melayang diudara dan melompat dari bangunan ke bangunan yang lain menyebarkan kobaran api. Setelah Istana Lengka terbakar, Sang Hanuman menemui Dewi Sita di taman Angsoka untuk menyampaikan bahwa ia akan kembali pulang.
Sang Hanuman menghadap kepada Sang Rama untuk mempersembahkan Cudamani dan sepucuk surat dari Dewi Sita. Sang Rama tidak berdaya setelah membaca surat tersebut, karena besarnya rasa cinta, rindu, dan kasih sayang  Dewi Sita. Selanjutnya dalam surat tersebut Dewi Sita meminta agar menjemputnya dan agar istana Alengka dihancurkan. Sang Hanuman menyampaikan keadaan Dewi Sita yang bersedih karena berpisah dengan Sang Rama. Sang Rama bersama Sang Laksamana, Sang Sugriwa dan pengikutnya berangkat menuju Istana Alengka. Sesampainya disana, Sang Rama melihat Istana Lengka yang terbakar. Pada malam harinya Sang Rama merasakan kebingungan karena besarnya rasa cinta dan rindu beliau kepada Dewi Sita. Sang Laksamana yang sangat bijaksana pun meningatkan beliau agar Sang Rama tidak bingung karena Sang Rama telah tersohor dengan keteguhan iman dan kebijaksanaannya. Berkat pesan dari Sang Laksmana, Sang Rama kembali bersenang kembali. Demikianlah ringkasan cerita dari Sundara Kanda dalam cerita Ramayana.

1.2  Nilai-nilai Luhur Yang Terkandung didalam Sundara Kanda
Dari uraian tentang kisah cerita Ramayana khususnya pada bagian Sundara Kanda, maka dapat kita petik nilai – nilai luhur yang terkandung didalamnya yang nantinya bisa dijadikan sebagai pedoman didalam kehidupan bermasyarakat, menjadi cerminan bagi generasi – generasi muda zaman sekarang dalam bertindak dan melakukan hal – hal yang positif di era yang serba modern ini. Berikut adalah nilai – nilai yang terkandung didalam Sundara Kanda, yaitu :

a.    Nilai Kepahlawanan
Dalam pembabakan ini tersurat  nilai kepahlawanan, yaitu  bagaimana menjadi orang yang berani, tidak mengenal menyerah, kuat, cerdik, dan dapat dipercaya dalam menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab.
Nilai tersebut terdapat dalam penggalan cerita yaitu, Sang Hanuman yang menjadi utusan Sang Rama pergi ke Alengka untuk mencari Dewi  Sita. Di sana ia ditangkap namun dapat meloloskan diri dan membakar ibukota Alengka. Dalam babak ini yang menjadi tokoh utama tidak lain adalah Hanoman. Sang Hanoman yang taat akan perintah dari Rajanya Sugriwa dan Rama sendiri. Hanoman yang mengemban amanat untuk menemukan Sitha di kerajaan Alengka, dengan teliti menyusuri setiap tempat yang ia lalui, setibanya dari Alengka. Hanoman menjalankan amanah yang diberikan oleh Rama dengan baik, ia berhasil menemukan keberadaan Sita dan membawa informasi tentang situasi di Kerajaan Alengka.
b.   Nilai Kesetiaan
Nilai kesetiaan antara Sang Rama dengan Dewi Sita tersurat dalam beberapa penggalaan cerita. Nilai kesetiaan dari Sang Rama kepada Dewi Sita yaitu, ketika ia mengutus Sang Hanuman untuk mencari Dewi Sita dan menitipkan cincinnya sebagai tanda kesetiaan Sang Rama. Nilai kesetiaan dari Dewi Sita kepada Sang Rama, pada saat Sang Ravana merayu Dewi Sita, tetapi ia tetap pada pendiriannya, yaitu setia dan cinta kepada Sang Rama. Cudamani yang dipersembahkan kepada Sang Rama adalah bukti kesetiaan dari Dewi Sita.
c.    Nilai Kebijaksaan
Nilai kebijaksaan disampaikan oleh:
-          Sang Laksmana pada saat ia memberikan saran dan mengingatkan Sang Rama agar tidak menjadi kebingungan karena rindunya kepada Dewi Sita.
-          Sang Wibisana saat memberikan nasihat kepada Sang Rahwana agar ia mencabut kembali perintahnya untuk membunuh Sang Hanuman.
-          Sang Hanuman ketika menyampaikan beberapa saran kepada Sang Rahwana sebelum ia dibakar.
d.   Ajaran Dharmasastra
Ajaran Dharmasastra adalah ajaran yang memuat tentang pokok – pokok ajaran agama Hindu, tentang hukumnya, adat kebiasaan, hak dan kewajiban, sosial, polotik, ekonomi dan lain – lain termasuk upacara keagamaan, bahkan yang terpenting dalam wiracarita Ramayana ini khususnya pada Sundara Kanda ialah ajaran – ajaran Dharmasastra yang meliputi kewajiban – kewajiban yang harus dimiliki oleh seorang raja, demi terciptanya kerukunan serta kesejahteraan rakyat, juga kedamaian dunia.
Ajaran Dharmasastra dalam Sundara Kanda tercermin dalam adegan atau penggalan cerita ketika Sang Rahwana memerintahkan Sang Meganada beserta seluruh sekutu raksasanya untuk membunuh Sang Hanuman yang tengah terbebat oleh panah nagapasa. Perintah Sang Rahwana ini ternyata menimbulkan reaksi yang sifatnya jauh bertentangan dengan pikirannya sendiri. Disini secara kebetulan Sang Wibisana datang memberikan nasihat agar Sang Rahwana mencabut kembali perintahnya itu, karena menurut ajaran Dharmasastra; maka perbuatan membunuh utusan sama sekali tidak dibenarkan. Sang Hanuman juga memberikan beberapa saran kepada Sang Rahwana sebelum ia dibakar dalam keadaan hidup.

Isi dan makna spiritual yang tercermin dalam nasihat serta saran – saran dari Sang Wibisana dan Sang Hanuman itu tiada lain adalah bagian – bagian terpenting dari ajaran Dharmasastra yang sangat mulia. Misalnya pada salah satu nasihat Sang Wibisana yang menyatakan bahwa “perlunya mengikuti ajaran Dharmasastra” dan “tidan boleh membunuh utusan” (sojarngaji ya pituhun, duta tan dadi pinejahan).

2 comments:

SEJARAH SINGKAT PURA AGUNG BATAN BINGIN DESA PEJENG KAWAN, KEC.TAMPAK SIRING

Bila dicermati dari tinggalan-tinggalan purbakala yang ada di Pura Agung Batan Bingin, seperti Arca Budha di Ratu Melanting dan arca-arca ya...