PEMBAHASAN
2.1 Ringkasan Cerita Sundara Kanda
Sundara
Kanda merupakan kanda yang kelima dari sapta kanda Ramayana. Dalam Sundara
Kanda terdapat cerita Ramayana yang diawali dengan keberangkatan Sang Hanuman
mencari Dewi Sita yang diculik oleh Ravana kemudian dibawa ke negeri Lengka. Sang
Hanuman melakukan lompatan, kemudian
terbang melewati langit menuju negeri Lengka. Kecepatan Sang Hanuman
terbang melebihi kecepatan pikiran, dan tak tertandingi oleh Garuda, Surya, dan
Angin. Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan raksasi yang bengis dan ingin
memakannya hidup-hidup. Sang Hanuman yang kuat dan cerdik dapat mengalahkan
raksasi tersebut dengan membunuhnya. Raksasi tersebut ialah Si Dakini yang
perutnya dirobek oleh Sang Hanuman dan Si Wikataksini yang lehernya berhasil
dirobek oleh Sang Hanuman.
Setelah
melewati samudra yang amat luas, Sang Hanuman sampai di Gunung Swela. Kembali
ia melihat raksasa buas sedang mencari mangsa. Sang Hanuman berhasil
bersembunyi, dan melanjutkan perjalanannya dengan melewati sebuah sungai. Sang
Hanuman sampai di negeri Lengka pada malam hari. Ia melihat raksasa yang sedang
membawa obor untuk menjaga kerajaan. Sang Hanuman berhasil menyusup ke dalam
kerajaan dengan cara menjelma seperti raksasa yang ada disana.
Sang
Hanuman melihat taman yang indah dan sangat luas diarah timur kerajaan. Taman
tersebut bernama Taman Angsoka karena terdapat banyak bunga yang indah dan
sedang mekar disana. Sang Hanuman segera menuju kesana dengan cara mengubah tubuhnya menjadi tupai
agar mampu meloncat-loncat di dahan-dahan bunga sehingga tidak diketahui oleh
raksasa penjaga kerajaan. Ketika ia sesekali melihat kebawah, ia melihat Dewi
Sita yang kurus dan berpakaian yang sangat lusuh sedang dijaga ketat oleh para
raksasa. Kemudian datanglah Ravana merayu Dewi Sita, tetapi ia tetap pada
pendiriannya, yaitu setia dan cinta kepada Sang Rama. Dewi Sita mencaci maki
Sang Ravana sehingga menyebabkan ia murka dan menghunuskan kerisnya kepada Dewi
Sita. Dewi Sita tetap pada pendirianya, Sang Ravana pun pergi.
Sang
Trijata adalah raksasi yang baik hati yaitu putri dari Wibisana. Sang Trijata
menjaga Dewi Sita di Taman Angsoka. Dewi Sita pun menceritakan semua kesedihan
dan kerinduannya terhadap Sang Rama kepada
Sang Trijata. Menyaksikan hal tersebut, Sang Hanuman segera mendekat untuk
menyampaikan kerinduan Sang Rama.
Dewi
Sita sangat terkejut melihat kedatangan Sang Hanuman, ia awalnya mengira
bahwa itu adalah penjelmaan Sang Ravana menjadi seekor
kera yang jinak. Setelah melihat Dewi Sita curiga, Sang Hanuman pun menunjukkan
cincin kesetiaan Sang Rama. Sang Hanuman menyampaikan semua keadaan Sang Rama
semenjak mereka berdua terpisahkan dan ia juga menyampaikan bahwa sekarang Sang
Rama tinggal di Gunung Maliawan. Akhirnya Dewi Sita pun menerima cincin Sang
Rama dan segera menitipkan cudamani untuk Sang Rama. Kesedihan Dewi Sita
berangsur pergi setelah mengetahui tujuan Sang Rama. Dewi Sita juga
menyampaikan kerinduan yang amat dalam kepada Sang Rama. Sang Hanuman sangat
senang karena berhasil menjalankan kewajibannya untuk mencari Dewi Sita. Lalu
ia menyembah dan lekas pergi untuk menghancurkan kerajaan milik Sang Ravana
dengan tujuan meminimalisir kekuatan dari pihak Sang Ravana.
Sang
Hanuman menghancurkan Taman Angsoka, pohon-pohon pun tumbang dan bunga-bunga
berguguran. Binatang-binatang berhamburan dan penjaga istana berlarian untuk
melaporkan kejadian tersebut kepada Sang Ravana. Mendengar kejadian tersebut,
Sang Ravana menjadi sangat murka. Dengan cepat ia memerintahkan
prajurit-prajuritnya untuk menyerang dan membunuh Sang Hanuman. Karena
kekuatannya, Sang Hanuman berhasil mengalahkan banyak prajurit raksasa. Raksasa
yang masih hidup kembali melaporkan kejadian tersebut kepada rajanya. Sang
Ravana memerintahkan para hulu balang untuk menyerang Sang Hanuman, akhirnya
Sang Hanuman pun memenangkan peperangan tersebut. Dengan mudah Sang Hanuman
menghancurkan mereka, mayat-mayat pun bergelimpangan di medan perang.
Sang
Aksa yang amat sakti adalah putra Sang Ravana. Sang Aksa sangat ahli memanah,
dengan anak panahnya ia menyerang Sang Hanuman. Tetapi panah tersebut tidak
dapat menghancurkan Sang Hanuman. Sang
Aksa akhirnya dapat dikalahkan oleh Sang Hanuman menyerang dengan mengunakan
kayu sampai memutuskan tangan Sang Aksa, akhirnya Sang Aksa gugur dalam perang.
Setelah
sempat beristirahat, kemudian datang Sang Indrajit menghampiri Sang Hanuman
untuk membalas dendam. Sang Indrajit juga bernama Sang Meganada, Sang Hanuman
menantang Sang Indrajit untuk berperang. Sang Indarjit sanat merasa tertantang,
kemudian ia menyerbu Sang Hanuman dengan para prajuritnya. Peperangan terjadi
dengan sengit, anak panah yang dikeluarkan oleh para raksasa menyatu dengan
panah sang Indrajit untuk menghancurkan Sang Hanuman. Tetapi anak panah
tersebut tidak dapat mengusik badan Sang Hanuman. Sang Hanuman dapat menjelma
menjadi banyak, dengan jumlah yang tak terhitung, bahkan sampai ada ribuan
Hanuman. Penyerangan para raksasa sia-sia dan tak membuahkan hasil, mereka
kepayahan karena mengejar ribuan Hanuman kesana-kemari. Sang Hanuman memanfaatkan
kesempatan tersebut dengan mengambil dahan kayu untuk memukul para raksasa
sampai mati.
Sang
Hanuman diserang kembali oleh Sang Indrajit. Sang Indrajit kembali memanah Sang
Hanuman dengan memacu keretanya dengan cepat. Kekalahan kembali menghampiri Sang
Indrajit, penyerangannya hanya sia-sia karena tak dapat mengusik Sang Hanuman.
Kuda Sang Indrajit juga menyerang Sang Hanuman, dengan cepat Sang Hanoman
melompat dan merobek perut kuda tersebut dengan kukunya, akhirnya kuda tersebut
mati. Sang Indrajit kembali mengerahkan kuda yang amat sakti untuk menyerang
Sang Hanuman dan mengerahkan prajurit perang dengan jumlah yang sangat banyak.
Para prajurit tersebut berbaris rapat, kemudian semuanya melepaskan anak panah
untuk menyerang Sang Hanuman. Anak panah
yang rapat tertimbun, jika dalam peperangan sampai terjadi keadaan seperti ini,
jarang sekali ada yang bisa melawan. Anak panah berhasil menancap pada badan
Sang Hanuman, tetapi ia membiarkan begitu saja sebagai simbol keberaniannya,
Sang Indrajit merasa sangat terhina melihat hal tersebut.
Sang
Indrajit kembali menyerang Sang Hanuman dengan panah nagapasa. Panah tersebut berwujud ular yang sangat
besar dan panjang, dengan gigi yang menakutkan. Tangan dan paha sampai ke lutut
Sang Hanuman dililit oleh ular tersebut, tulang rusuk dan dadanya terjepit
sampai ia roboh dan terjatuh. Tetapi jatuhnya Sang Hanuman hanya tipuan belaka
agar ia dapat bertemu dengan Sang Ravana. Sang Hanuman terlihat tak berdaya,
sehingga para raksasa bergemuruh. Sang Indrajit memerintahkan agar Sang Hanuman
diangkat dan dihadapkan kehadapan Sang Ravana, agar Sang Ravana mengetahui
bahwa panah nagapasa tak tertandingi.
Sang
Ravana sangat murka dan memerintahkan untuk membunuh Sang Hanuman dengan cara
dibungkus dengan benda-benda yang tipis yang mudah terbakar. Sang Hanuman pun
dibakar, tetapi tiba-tiba ia membesar sebesar Gunung Semeru. Dengan cepat ia
melayang diudara dan melompat dari bangunan ke bangunan yang lain menyebarkan
kobaran api. Setelah Istana Lengka terbakar, Sang Hanuman menemui Dewi Sita di
taman Angsoka untuk menyampaikan bahwa ia akan kembali pulang.
Sang
Hanuman menghadap kepada Sang Rama untuk mempersembahkan Cudamani dan sepucuk
surat dari Dewi Sita. Sang Rama tidak berdaya setelah membaca surat tersebut,
karena besarnya rasa cinta, rindu, dan kasih sayang Dewi Sita. Selanjutnya dalam surat tersebut
Dewi Sita meminta agar menjemputnya dan agar istana Alengka dihancurkan. Sang
Hanuman menyampaikan keadaan Dewi Sita yang bersedih karena berpisah dengan
Sang Rama. Sang Rama bersama Sang Laksamana, Sang Sugriwa dan pengikutnya
berangkat menuju Istana Alengka. Sesampainya disana, Sang Rama melihat Istana
Lengka yang terbakar. Pada malam harinya Sang Rama merasakan kebingungan karena
besarnya rasa cinta dan rindu beliau kepada Dewi Sita. Sang Laksamana yang
sangat bijaksana pun meningatkan beliau agar Sang Rama tidak bingung karena
Sang Rama telah tersohor dengan keteguhan iman dan kebijaksanaannya. Berkat
pesan dari Sang Laksmana, Sang Rama kembali bersenang kembali. Demikianlah
ringkasan cerita dari Sundara Kanda dalam cerita Ramayana.
1.2 Nilai-nilai Luhur Yang Terkandung
didalam Sundara Kanda
Dari uraian
tentang kisah cerita Ramayana khususnya pada bagian Sundara Kanda, maka dapat
kita petik nilai – nilai luhur yang terkandung didalamnya yang nantinya bisa
dijadikan sebagai pedoman didalam kehidupan bermasyarakat, menjadi cerminan
bagi generasi – generasi muda zaman sekarang dalam bertindak dan melakukan hal
– hal yang positif di era yang serba modern ini. Berikut adalah nilai – nilai
yang terkandung didalam Sundara Kanda, yaitu :
a. Nilai
Kepahlawanan
Dalam pembabakan ini tersurat nilai kepahlawanan, yaitu bagaimana menjadi orang yang berani, tidak
mengenal menyerah, kuat, cerdik, dan dapat dipercaya dalam menjalankan tugas
dengan penuh tanggung jawab.
Nilai
tersebut terdapat dalam penggalan cerita yaitu, Sang Hanuman yang menjadi
utusan Sang Rama pergi ke Alengka untuk mencari Dewi Sita. Di sana ia ditangkap namun dapat
meloloskan diri dan membakar ibukota Alengka. Dalam babak ini yang menjadi
tokoh utama tidak lain adalah Hanoman. Sang Hanoman yang taat akan perintah
dari Rajanya Sugriwa dan Rama sendiri. Hanoman yang mengemban amanat untuk
menemukan Sitha di kerajaan Alengka, dengan teliti menyusuri setiap tempat yang
ia lalui, setibanya dari Alengka. Hanoman menjalankan amanah yang diberikan
oleh Rama dengan baik, ia berhasil menemukan keberadaan Sita dan membawa
informasi tentang situasi di Kerajaan Alengka.
b. Nilai
Kesetiaan
Nilai
kesetiaan antara Sang Rama dengan Dewi Sita tersurat dalam beberapa penggalaan
cerita. Nilai kesetiaan dari Sang Rama kepada Dewi Sita yaitu, ketika ia
mengutus Sang Hanuman untuk mencari Dewi Sita dan menitipkan cincinnya sebagai
tanda kesetiaan Sang Rama. Nilai kesetiaan dari Dewi Sita kepada Sang Rama,
pada saat Sang Ravana merayu Dewi Sita, tetapi ia tetap pada pendiriannya,
yaitu setia dan cinta kepada Sang Rama. Cudamani yang dipersembahkan kepada
Sang Rama adalah bukti kesetiaan dari Dewi Sita.
c. Nilai
Kebijaksaan
Nilai kebijaksaan
disampaikan oleh:
-
Sang Laksmana pada saat ia memberikan
saran dan mengingatkan Sang Rama agar tidak menjadi kebingungan karena rindunya
kepada Dewi Sita.
-
Sang Wibisana saat memberikan nasihat
kepada Sang Rahwana agar ia mencabut kembali perintahnya untuk membunuh Sang
Hanuman.
-
Sang Hanuman ketika menyampaikan
beberapa saran kepada Sang Rahwana sebelum ia dibakar.
d. Ajaran
Dharmasastra
Ajaran Dharmasastra
adalah ajaran yang memuat tentang pokok – pokok ajaran agama Hindu, tentang
hukumnya, adat kebiasaan, hak dan kewajiban, sosial, polotik, ekonomi dan lain
– lain termasuk upacara keagamaan, bahkan yang terpenting dalam wiracarita
Ramayana ini khususnya pada Sundara Kanda ialah ajaran – ajaran Dharmasastra
yang meliputi kewajiban – kewajiban yang harus dimiliki oleh seorang raja, demi
terciptanya kerukunan serta kesejahteraan rakyat, juga kedamaian dunia.
Ajaran Dharmasastra
dalam Sundara Kanda tercermin dalam adegan atau penggalan cerita ketika Sang
Rahwana memerintahkan Sang Meganada beserta seluruh sekutu raksasanya untuk
membunuh Sang Hanuman yang tengah terbebat oleh panah nagapasa. Perintah Sang
Rahwana ini ternyata menimbulkan reaksi yang sifatnya jauh bertentangan dengan
pikirannya sendiri. Disini secara kebetulan Sang Wibisana datang memberikan
nasihat agar Sang Rahwana mencabut kembali perintahnya itu, karena menurut
ajaran Dharmasastra; maka perbuatan membunuh utusan sama sekali tidak
dibenarkan. Sang Hanuman juga memberikan beberapa saran kepada Sang Rahwana
sebelum ia dibakar dalam keadaan hidup.
Isi dan makna spiritual yang
tercermin dalam nasihat serta saran – saran dari Sang Wibisana dan Sang Hanuman
itu tiada lain adalah bagian – bagian terpenting dari ajaran Dharmasastra yang
sangat mulia. Misalnya pada salah satu nasihat Sang Wibisana yang menyatakan
bahwa “perlunya mengikuti ajaran Dharmasastra” dan “tidan boleh membunuh
utusan” (sojarngaji ya pituhun, duta tan
dadi pinejahan).
ngengek bang
ReplyDeleteMakasih gan
ReplyDelete