Monday, September 28, 2015

Wirata Parwa

BAB II
PEMBAHASAN

2.1                                           WIRATA PARWA
RENCANA UNTUK TAHUN YANG KE TIGA BELAS
Yudistira mengumpulkan orang – orang yang sampai saat ini masih menjadi pengikutnya. Ia mengucapkan kata perpisahan kepada semua pengikutnya dan minta izin untuk meninggalkan mereka semua. Karena para pandawa harus menyamar agar semua orang tidak tahu. Yudistira berharap bahwa pada akhir tahun depan ia bisa mendapatkan kerajaannya dan bersama kembali kepada para pengikutnya. Yudistira sampai tak sadarkan diri karena tidak mampu menahan emosianya.
Dhaumnya menenangkan mereka. Ia berkata bahwa pandawa akan bersinar kembali di akhir tahun depan. Yuditira mengucapkan selamat tinggal kepada mereka (panca pandawa).merkapun memberkahi yudistira pandawa dan draupadi dan dahunnya pergi ketempat yang sepi untuk merundingkan tentang rencana mereka. Dengan mempertimbangkan pendapat akhirnya dicapailah kesepakatan yaitu mereka akan menyamar di kerajaan matsya dengan kotanya wirata.
Tahun ketiga belas adalah penuh dengan kehawatiran bagi mereka. Namun sekarang telah menjadi seperti petualangan mereka merundingkannya dengan serius. Dalam penyamaran ini yudistira akan menjadi brahmana yang ahli dengan ajaran veda dan filsafat. Dengan nama samaran kanka. Tudistira bertanya pada bima ,bima menjawab bahwa ia akan menyamar sebagai tukang masak dan ahli gulat dengan nama samaran valala.
Yudistira bertanya pada arjuna bagaimana caranya menyembunyikan keberanian ? arjuna menjawab bahwa ia akan menjadi wanita. Arjuna memakai pakaian wanita. Ia menjadi guru musik , tari dan nyanyi dengan nama brahanala. Yudistira bertanya pada nakula bagaimana cara menyembunyikan ketampanan mu nakaula ? nakula menjawab bahwa ia akan menyamar menjadiperawat kuda-keda sang raja dengan nama damagrati. Yuditira bertanya pada sahadewa bagaimana cara untuk menyembunyikan kebijaksanaannya ? ia menjawab menjadi penjaga sapi-sapi kerajaan wirata supaya lebih banyak menghasilkan susu. Dengan nama Tantripala. Yudistira sedih melihat dewi draupadi. Ia sangat sedih menyatakan apa yang akan dilakukannya. Draupadi menjawab bahwa ia akan menjadi perias ratu di kerajaan wirata karena draupadi ahli di dalam tatarias. Dengan sebutan nama samara sarindri.
Yudistira sangat senang dengan persiapan ini. Para pandawa meninggalkan daitavana. Dan pergimenuju tepi bagian utara Yamuna. Mereka sampai di perbatasan matsya. Disana mereka berpamitan dengan dhaumyamengundang para dewa untuk memberkati pandawa.
KANKA DIKERAJAAN WIRATA
Menyembunyikan senjata mereka adalah masalah berikutnya. Mereka harus meninggalkan senjata itu. Mereka berunding dan menyetujuinya. Bahwa senjata mereka akan di bungkus menyerupai mayat di atas pohon besaryang ada di pinggiran kota tersebut. Karena mereka kelelahan mereka memutuskan untuk bermalam di tempat itu dan melanjutkan perjalanan besok harinya. Yudistira setuju dengan ide itu ia mengumpulkan semua senjata dari pandawa dan membungkusnya. Arjuna membungkus gandiwanya dengan melepas tali terlebih dahulu. Kemudian pandawa mengundang para dewa agar memberkati senjatanya mereka.
Yudistira sendiri yang memanjat pohon tersebut. Dan meletakkan bantalan tersebut lalu turun. Rasa sedihpun tak terelakan dari pandawa.yudistira menenangkan mereka.beberapa saat lewat orang desa ia menanyakan prihal yang di gantung itu yudistira menjawab itu adalah mayat ibunya karena menurut tradisi harus di gantung setelah meningal. Para orang desa percaya, dan mereka pergi dari tempat itu.
Hari sudah mulai fajar mereka semua sudah mandi. Kemudian yudistira menyamar. Ia lalu berpamitan kepada adik – adiknya. Lalu berjalan menuju Wirata. Tempat itu sangat cepat di datanginya Ia telah sampai di kerajaan matsya Yudistira di terima dengan memperkenalkan dirinya sebagai teman baik Raja Indraprasta dan juga pintar bermain dadu.
Wirata sangat tersentuh dengan kata – kata Yudistira. Karena Raja sangat senang main dadu. Raja menyatakan harta benda di kerajaan ini adalah harta benda miliknya. Namun Yudistira tidak meminta apa – apa hanya ada satu permohonan hanya Ia tidak memakan makanan yang di sentuh orang dan hanya sekali makan pada malam hari saja.
PANDAWA DI WIRATA
Beberapa hari Bhima memasuki Wirata dengan membawa sendok besar, lalu memberi salam pada Raja, Ia memperkenalkan keahliannya di bidang memasak dan sebagai pegulat Raja sangat senang karenanya dan memberi tugas dan tanggungjawab padanya. Dengan nama wrahanala. Arjuna memasuki istana dengan rambut panjang, kain sutra merah dan kalung permata. Ia memperkenalkan diri dengan nama Brahannala. Sebagai penari dan mengetahui keterampilan seorang wanita. Selain itu ia juga pintar memainkan alat musik. Raja senang atas kedatangannya dan menerima Brahannala.
Raja sedang memeriksa kuda – kudanya. Ia melihat seseorang pemuda tampan. Lalu pemuda itu mendekat dan memberi salam pada raja. Dengan nama Damaganthi. Ia mengaku bisa merawat kuda-kuda sang raja. Ia ingin tempat tinggal dan raja mengizinkannya darmagranti untuk merawat kuda-kudanya. Saha dewa memasuki sabha Wirata. Ia telah menggunakan pakaiannya seseorang pengembala dengan sebuah tongkat di tangannya. Ia memohon kepada sang Raja untuk di jadikan kepala pengembala. Karena ia ahli dalam mengobati ternak – ternak sang Raja.rajapun berkenan dengan usulannya tersebut.
Setelah ke lima Pandawa telah memasuki kota maka masalah terakhir telah terpecahkan sekarang hanya masalah waktu sebelumnya mereka munculdari persembunyian mereka.
SAIRANDHI
Draupadi memauki istana dengan menyamar sebagai Sailandri. Ia menyamar sebagai peñata rias dari ratu Sudesna. Ratu sangat senang dengannya dan ratu memperkenankanya untuk menjadi piñata rias di kerajaannya.
Draupadi mempunyai beberapa permintaan kepada sang Ratu yaitu ia tidak mau memijati kaki danmemakan makanan sisa. Karena telah berjanji pada suaminya. Sang Ratu menyetujuinya dan mengijinkannya tinggal di istana bersama Sang Ratu.
PERTANDINGAN GULAT
Ratu pandawa menjadi gadis penghias Yudistira menemani Wirata. Bhima menjadi tukang masak, Arjuna menjadi guru tari, Nakula menjadi anak kandang, dan Sadewa menjadi gembala. Nasib aneh memang tidak bisa dimengerti. Pandawa semuanya gembira, dan juga Drupadi.raja wirata dan istrinya adalah raja dan ratu yang sangat baik.
Selama bulan keempat tinggalnya diwirata, di kota dirayakan festival untuk menghormati sangkara. Perayaan itu termasuk pertandingan gulat. Dari seluruh dunia datanglah pegulat-pegulat untuk menunjukan keahlian. Satu pegulat yang datang dari negri asing dia tidak dapat dikalahkan. Semua pegulat dari wirata dikalahkanya. Dia berdiri ditangah ring dan berkata sangat sombong. Raja sangat kecewa dengan orang-orangnya. Yudistira memberi saran raja wirata. Raja wirata sangat gembira dengan saran Yudistira. Raja memnggil bima menyuruh bertanding melwan orang yang sombong itu. Bima mempersiapkan diri untuk pertandingn itu. Bima memasuki arena seperti macan merah pertandinganpun segera dimulai. Bima bertarug dengan segala kekuatanya. Bima sangat ingin menyenangkan raja dan tidak ingin kakak tercintanya yang telah bercerita begitu tinggi mengenai dirinya. Bima mengalahkan pegulat yang sombong itu. Raja sangat gembira dengan keperkasaan bima. Wirata bisa menyombongkan pegulatnya, yang telah membunuh orang yang telah sampai sekarang menjadi pegulat terbesar di  dunia.
MIMPI RAHDHEA
Ketika lomasa turun kebumi untuk bertemu Yudistira, dia membawa pesan dari Indra dan pesan itu adalah untuk Yudistira sendiri. Indra sekarang ingat janjinya pada Yudistira. Dia memutuskan bahwa ia harus melakukan Sesutu yang akan mengurangi kekuatan Radhea.
Hal itu terjadi pada tahun ke-13 pengasingan pandawa. Suatu malam, Radhea tertidur di tempat tidurnya yang lebih putih dari salju. Matahari penuh dengan kasih sayang kepada anaknya yang malang mengunjunginya dalam mimpinya. Ia memberi tahu tentang kedatangan Indra pendoa pandawa yang akan meminta kawacha dan kundalanya. Surya memperingati radhea agar mempertahankan kawacha dan kundala. Rhadea berjanji akan memberikan indra apa yang dia inginkan. Surya memperingati radhea lagi untuk tidak memberikan kawacha dan kundala itu, yang di berikan oleh dewa yang mencintainya. Rhadea tidaak bisa menuruti kata – kata surya. Radhea harus taat pada sumpah yang telah ia ucapkan; tidak menolak permintaan seseorang. Surya memberitahu Radhea, klau ia memberitahukan kawacha dan kundala, ketika indra menawarkan sesuatu mintalah saktinya.
PERMINTAAN INDRA
Pada tengah hari Radhea sudah selesai memuja matahari. Dia menunggu kedatangan Indra. Seorang brahmana datang jantung radhea berdetak cepat, radhea segera berlutut di kakinya sebagai kebiasaannya. Ia menghormati brahmana itu dan mempersilakannya duduk. Brahmana meminta kawacha dan kundala. Radhea menawarkan pakaian perang, dan anting lain yang lebih mahal dari ini. Bahkan Radheya menawarkan kerajaanya. Brahmana itu bersikeras meminta kawaca dan kundala. Brahmana itu hny menginginkan kawaca dan kundala itu. Radheyapun memberikan kawaca dan kundala miliknya kepada brahmana samara dari indra.
Radheya memotong baju baja dari tubuhnya, dia melepas anting dari telingnya. Kawaca dan kundala diletakkan dikaki brahmana. Radheya gembira karna dia telah mengorbankan hidupnya demi darma. Brahmana menyuruh radheya meminta sesuatu yang diinginkan padanya. Radheya meminta sakti brahmana itu senjata yang digunakan untuk menghancurkan musuhnya. Brahmanapun memberikan saktinya yang sangat ampuh.
KICHAKA SAUDARA RATU
Drupadi disayangi oleh ratu. Dia diperlakukan hampir seperti ratu karna dia pernah menemani ratu pandawa. Dia memiliki watak yang halus dan menyenangkan, yang membuatnya disenangi setiap orang. Dia melewatkan 10 bulan ajnaatawaasa di istana ratu wirata. Ratu mempunyai saudara namanya adalah keecaka. Dia adalah komandan pasukan raja. Dia pergi dalam penaklukan, saat pandawa memasuki wirata. Dia kembali ke kota dengan kemenangan. Ada penyambutan yang besar untuk menghormatinya. Setelah semua berakhir, keecaka pergi keistana sudheshna. Dia menghabiskn beberapa saat dengannya dan kemudian kembali keistana. Dalam perjalanan keistana, keecaka melihat saerandri. Keecaka terkagum melihat kecantikan kaerandri.  Ia jatuh cinta padanya. Ia ingin menikahinya. Saerandri memperingati keecaka. Begitu lama keecaka berdiri terpaku ditempat itu. Keecaka berjalan menuju keistana adiknya. Keecaka bertanya kepaada sudhesnha tentang wanita cantik yang telah dilihatnya. Sudhesnha menasehati kakaknya yaitu keecaka itu tidak mendekati saerandri. Tetapi keecaka bersikeras untuk memiliki saerandri. Sudhesnha tidak menyukai hal inii terjadi pada kakaknya. Dia tahu bahwa ancaman saerandri bukan omong kosong.

SAIRANDRI DI AULA ISTANA
Sudhesnha menunggu selama sehari sampai dua hari. Kemudian ia mendendengar bahwa adiknya sakit parah dan beristirahat di tempat. Sang ratu mengutus saerandri ke istana keecaka. Saerandri menolak perintah sang ratu sudheshna angat marah kepada saerandri. Saerandri harus pergi dan mematuhi perintahnya. Ia membawa tempat air yang terbuat dari emas yang di berikan oleh sang ratu dan berjalan menuju ke istana keecaka. Keecaka telah menunggu kedatangannya, melihatnya menuju istananya ia bangkit menyambutnya, keecaka mendekat padanya dan mencoba untuk menggodanya. Dengan sangat takut, dropadi mendorongnya ke tanah dan mencoba melarikan diri dari sana. Ia lari menuju kediaman wirata Yudhistira ada di sana dan ia menginginkan perlindungan dari Yudistira. Ia menjatuhkan tempat air dari emas itu dan berlari secepatnya.
Kichaka mengejarnya, ia menjambak rambutnya dan menghempaskanya dilantai. Dropadi sangat putus asa. Dengan rambut yang tergerai menutupi punggungnya. Ia berlari kediaman wirata. Sang raja melihatnya. Yudistira memandangnya. Tidak ada seorangpun yang bicara. Keecaka yang kuat adalah jendral dari pasukanya. Ia tidak berani melawannya, ia tidak berani berkata kasar padanya Yudistira sangat marah pada sang raja karna tindakanya yang sangat lemah. Dimana ia mencoba untuk menghindari masalah. Pandawa, yang bersedia untuk  mengorbankan nyawa mereka untuknya, harus diam dan menutupi keberanian mereka dan juga kemarahan mereka karna mereka tidak ingin jati diri mereka diketahui.
BIMA DAN SAIRANDRI
Malam itu ketika seorang semua sudah tidur dropadi bangun dari tempat tidurnya, dan menuju ketempat bima tidur. Ia membangunkan bima dari tidurnya. Kemudian ia bercerita pada bima tentang bagaimana keecaka menyakitinya telah menyakitinya. Dropadi meminta bantuan bima untuk membunuh keecaka bima meminta dropadi untuk bersabar selama beberapa hari lagi. Dropadi tidak mau mendengarkan, ia mengancam bima, ia berkata; jika kau tidak membunuh keecaka aku akan minum racun dan membunuh diriku sendiri. Bima sangat kasihan padanya. Ia berubah pikiran untuk melakukan apa yang ia inginkan. Bima meminta dropadi untuk menemui keecaka besok pagi. Dan mengajak keecaka bertemu diruangan tari, pada malam hari. Dropadi melakukan apa yang disuruh bima. Keecaka menyetujui pertemuan diruangan menari.
AULA MENARI TEMPAT PERTEMUAN RAHASIA
Dalam kegelapan bima dan dropadi menunggu keecaka diruangan menari. Keecaka memasuki ruangan menari itu bima melompat dari tempat duduknya. Pertarunganpun terjadi antara bima dan keecaka. Keecaka kalah melawan bima yang sangat kuat, dan akhirnya keecaka tewas. Dropadi teramat bahagia melihat kematian keecaka ia memanggil penjaga-penjaga ruangan menari itu, ia member tahu mereka tentang kematian keecaka mereka segera mengummumkan kepada setiap orang bahwa keecaka telah dibunuh oleh suami gandarva sairandri. Keluarga dan 105 saudara keecaka segera menuju tempat itu sang ratu dang rajapun datang dan merekapun menangis melihat keecaka. Upacara pembakaran dimulai pada pagi hari. Para upakeecaka menangkap dropadi dan mengikatnya mereka meletakannya di tandu usungan. Dropadi berteriak memanggil nama-nama suaminya dan minta tolong. Suaranya sampai ketelinga bima. Bima segera menuju ketempat pembakarn, melalui jalan pintas. Bima menyerang para upakeecaka, dan membunuh mereka semua.
Tempat pembakaran itu sekarang dipenuhi dengan mayat-mayat saudara keecaka. Seluruh kota ketakutan dengan apa yang tlah terjadi. Sang raja member tahu istrinya tentang ketakutanya dengan dropadi yang masih tinggal diistana. Sudhesnha segera memanggil dropadi dan member tahu untuk pergi dari istana. Dropadi memohon kepada sang ratu untuk mengizinkanya tinggal 13 hari lagi. Sang ratu sudhesnha setuju dengan permintaan dropadi.
PERTEMUAN DI HASTINAPURA
Mata-mata duryodana telah disebar keseluruh Negara, untuk menemukan tempat persembunyian pandawa. Pencarian mereka sia-sia. Mereka kembali satu persatu ke hastinapura. Drone dan bisma menasehati duryodana, bisma member petunjuk dimana yudistira. Bisma mencoba menasehati duryodana untuk menghentikan pertikaian dan mengembalikan kerajaan mereka. Duryodana tidak suka dengan kata-kata bisma dan ia berkata : aku tidak bisa menghilangkan rasa benciku terhadap pandawa, mereka dalah musuh-musuhku.
Krpa member saran, untuk mengumpulkan pasukan dan meminta bantuan kepada raja-raja. Duryodana mengerti saran-saran krpa. Ia memanggil mata-mata itu untuk menceritakan tentang kematian kkeecaka. Mereka menceritakan ceritanya secara keseluruhan. Duryodana telah menemukan tempat persembunyian pandawa, karena cerita mata-mata tentang pembunuhan keecaka. Susarma,raja trigarta,yang telah bersekutu dengan Radhea dengan dursasana, bergabung dlam perjalanan melawan kerajaan matsya dan wirata.Duryodana mengadakan pertemuan untuk merencanakan penyerangan kerajaan matsya.

SAPI SAPI WIRATA DI CURI
Sapi-sapi wirata telah di curi. Pengembala tidak mampu melindungi mereka. Penyerangan itu sangat tiba-tiba. Mereka tidak berdaya melawan hujan panah yang di arahkan pada mereka. Mereka meninggalkan gerombolan sapi-sapi dan berlari keistana raja sambil erteriak-teriak sambil meminta bantuan. Dengan segera sang raja mengumpulkan pasukan, dan pasukan mulai berbaris dan mengejar para musuh. Sang raja meminta saudara-saudaranya untuk menolongnya.
Yang pertama adalah Satanika, yang kedua Madisrava, yang ketiga Suryadanta, putra wirata yang tertua yang bernama virasanka, mempersiapkan dirinya untuk membantu ayahnya. Ketika kuda-kuda dibawa untuk kereta sang raja, yudistira datang dan berkata; jika raja mengijinkan kami membantumu. Raja sangat bahagia di bantu oleh pria-pria ini. Pasukan meninggalkan kota dan menuju medan perang. Perangpun terjadi, seluruh medan perang menjadi gelap karena debu yang berasal dari tanah. Susarma,Trigarta, menjadikan Raja matsya sebagai tawanan, telah terjadi kepanikan dalam pasukan, semuanya mulai melarikan diri dari medan perang. Yudistira melihat apa yang telah terjadi, dan yudistira minta Bhima untuk menyelamatkan Raja Wirata. Bhima mengalahkan dengan mudah. Ia membuat Susarma tak sadarkan diri dan ia mengikat tangan dan kakinya. Ternak-ternak sudah didapatkan kembali. Musuh-musuh sudah dikalahkan, wirata sangat senang dengan dengan keempat pandava. Mereka bermalam diperkemahan yang dibangun dimedan perang.
UTARA KUMARA SANG PANGERAN
Pada hari setelah serangan TRIGATA, seperti yang telah mereka rencanakan, kaurawa menyerang kota dari arah utara. Mereka datang dan menangkap sapi-sapi, gembala pergi menghadap putra Wirata yang paling Bungsu,  bernama Bhumi Jaya, ia juga dikenal dengan nama Uttara Kumara. Gembala member itahu putra Wirata tentang kekacauan yang telah disebabkan karena penyerangan Kaurawa.
Pangeran duduk diantara para wanita yang ada di Istana, dan ia berkata : “ Aku tidak bisa bertarung karena aku tidak memiliki orang yang cukup mampu untuk mengendalikan  kuda-kuda ku kusir ku sendiri telah tewas dalam perang. Aku meminta kalian mencarikan seorang kusir sekarang juga. Arjuna menyuruh Drupadi untuk menceritakan tentang kehebatan Brahanala, kepada Uttara, sang putri.
Drupadi melakukan apa yang diberitahu oleh Arjuna. Sang putri sangat bahagia, ia dengan cepat menemui adiknya dan menyuruh siap-siap untuk bertarung. Uttara Kumara setuju dengan hal ini. Sang putri membawa pakaian yang bersinar seperti matahari, untuk diberikan kepada Arjuna. Ia brpura-pura tidak tahu bagaimana caranya memakai pakaian itu.
Sang pangeran datang dan memakaikan tameng kepada Brahanala itulah Arjuna inginkan. Mereka mengucapkan selamat berpisah dengan semua teman-temannya. Kereta mereka akan segera meninggalkan gerbang istana. Mereka menuju arah kemana Kaurawa telah membawa ternak-ternak mereka.
ARJUNA DAN SANG PANGERAN
Uttara Kumara dan Brahanala segera menuju perkemahan musuh. Uttara kumara memandang pasukan, ketegangan mengusai dirinya, lututnya mulai bergetar. Uttara kumara ketakutan melihat pasukan Kaurawa. Ia berkata : “ Aku mohon bawalah aku kembali ke kota, aku tidak akan bertarung, pikiranku berubah.
Brahanala berkata-kata supaya Uttara Kumara berani bertarung. Uttara Kumara tidak berpengaruh dengan kata-kata Brahanala. Ia melompat dari kereta dan mulai berlari ke arah kota. Brahanala melompat dari kereta dan mengejar Uttara Kumara. Mereka dilihat oleh para musuh.
Arjuna menjadi menjambak rambutnya dan menyeretnya ke atas kereta. Arjuna menolong pangeran muda itu menghilangkan rasa takutnya yang  berlebihan. Ia menyuruhnya mengambil tali kekang dan ia duduk di atas kereta. Arjuna menginginkan Gandiva dan tempat panahnya. Ia menyuruh Uttara Kumara untuk mengarahkan kereta itu ke bawah pohon Sami dimana ia meletakkan senjata mereka. Dengan perasaan yang tak terbebani dalam hatinya, Drona mengatakan dengan terus terang, aku yakin aku telah melihat Arjuna, dan tidak salah lagi, ia menyamar tapi aku bisa mengenalinya.
POHON SAMI
Sementara itu Arjuna telah sampai di bawah pohon Sami. Lalu ia melihat Utara Kumara yang telah lemas untuk bertarung. Arjuna menyuruhnya untuk memanjat pohon itu. Untuk mengambil senjata dari para Pandawa. Yang pada awalnya ia kira itu adalah mayat yang di gantung. Setelah menyakinkan Utara Kumara lalu memanjat pohon tersebut. Dan diputuslah tali yang menggantung bungkusan tersebut yang isinya adalah senjata para Pandawa.
Betapa terkejutnya Utara Kumara melihat isi dari bungkusan itu. Lalu Arjuna memaparkan isinya yang merupakan senjata para Pandawa dan betapa terkejutnya Utara Kumara yang dilihatnya adalah Arjuna pemilik Gandiwa yang mendunia tersebut dan mulai pada saat itu Utara menjadi semangat lagi.
RADHEYA DAN ASWATAMA
Arjuna telah mengganti panji singa kerajaan Matsya dengan panji kera milik kerajaan Pandawa dan meniup terompet Dewadattanya. Drone tergetar mendengar suara dari Gandiwa dan suara Dewadatta. Ia menyarankan untuk mengembalikan sapi-sapi dari kerajaan Matsya tersebut. Lalu Acarya yang tidak suka gurunya terlalu memuji- muji Arjuna yang telah keluar dari persembunyian. Namun Acarya menyuruh gurunya untuk menghetikan pujian-pujian untuk Arjuna.
Datanglah Radheya, niatnya sangat menggebu-gebu untuk bertarung dengan Arjuna. Ia tidak peduli dengan siapapun, walaupun ia akan sendirian untuk bertarung. Ia tidak memperdulikan nasehat dari para guru dan temannya. Mendengar hal tersebut Aswatama tidak mau mengikuti pertarungan. Ia meletakkan busur dan panahnya dan diam di atas keretanya.
KEPUTUSAN DURYODHANA
Menurut Bhisma, Krpa, Drona dan Aswatama benar tidak seharusnya para Pandawa dihina. Bhisma meredakan pertikaian diantara Radheya dan Aswatama. Aswatama sedikit reda kemarahannya karena kata-kata Bhisma. Duryodhana menyadari hal itu meminta Drona dan Krpa memaafkannya.
Bisma melihat Duryodhana dengan kasih saying, Bisma membenarkan masa pembuangan Pandawa ke hutan memang sudah berakhir. Dengan memberikan uraian tentang tata surya. Bahwa lima tahun ada dua bulan penambahan panjang waktu. Selama tiga belas tahun itu, telah ada penambahan selama lima bulan dan dua belas hari. Pandawa sudah menyadari hal itu dengan bersembunyi di hutan selama satu tahun. Pandawa sadar alam perhitungan itu namun tetap menjalani lima bulan yang seharusnya tidak ia jalani. Wajah Duryodhana pucat karena kecewa, matanya merah karena marah semua mimpinya untuk membuang para Pandawa ke hutan sudah sirna. Namun ia bersikukuh untuk tidak menyerahkan kekerajaan itu ke Pandawa.
Duryodhana menggerakkan pasukannya untuk berperang melawan Pandawa sekarang maupun nanti. Drona telah membagi para petinggi pasukan Kurawa. Dibentuklah formasi bulan sabit oleh Bisma dengan Drona di tengah di kiri Aswatama, Radheya sebagai pasukan pelopor, Krpa sayap kanan, dan Bisma menjaga pasukan belakangnya. Kereta Arjuna melaju dengan cepat ia tahu formasi pasukan Kurawa di atur oleh kakeknya ia melihat panji kakeknya itu.


KALAHNYA PASUKAN KAURAWA
Beberapa anak panah telah melesat dan jatuh di kaki Drona, Bhisma, dan Krpa dan dua lagi melesat di antara telinga Krpa dan Drona. Panah tersebut se akan member salam akan kedatangan Arjuna. Mereka bahagia bisa bertemu kembali setelah selama 13 tahun di hutan. Dua panah lagi di tembakkan untuk meminta izin perang dan perang pun di mulai.
Arjuna mendekat dengan kecepatan angin. Ia member tahu Utara Kumara bahwa formasi itu di atur untuk menghalangi Arjuna. Ia melihat para sesepuh Kurawa tapi ia tidak melihat Duryodana. Arjuna tertuju pada pasukan yang mengarah ke Astina, ia tahu bahwa para sesepuh Kurawa tidak membiarkan Arjuna bertemu dengan Duryodhana. Arjuna menyuruh Utara Kumara mengejar. Para pasukan yang membawa sapi-sapi itu. Para pasukan Kurawa tidak dapat menghalagi kecepatan Arjuna. Ia menyuruh Utara Kumara untuk mengejar panji ular yang berwarna keemasan. Ia ingin membalas semua atas penderitaannya selama ini. Arjuna tahu bahwa ini adalah gagasan Drona yang ingin menyelamatkan rajanya.
Kereta itu melewati Bisma, para pasukan Kurawa mengabaikan sapi-sapi itu, ia mengejar Arjuna yang telah duluan mengejar rajanya. Namun pihak Arjuna, ia menyuruh Utara Kumara memperlambatkan keretanya ia ingin menyelamatkan sapi-sapi itu dulu, ia bertarung dengan para penjaga sapi-sapi tersebut. Para prajurit penjaga sapi itu kabur. Dan para pengembala gembira karena sapinya telah bebas.
Kereta Arjuna telah mendekati sang raja Duryodhana yang telah membawa sperempat pasukannya. Para sesepuh Kurawa melihat hal itu lalu mereka secara sentak menuju Arjuna sehingga formasinya hancur. Aswatama tersenyum pada Radheya, ia member tahu bahwa Arjuna, musuhnya telang datang namun Radheya tidak peduli dengan siapapun kemarahannya telah memuncak ia ingin membuktikan janjinya. Arjuna dikepung dari segala arah oleh sesepuh Kurawa termasuk Duryodhana yang telah mendekat ke medan perang.
Arjuna telah bertarung dengan Radheya, kedua pemanah hebat itu bertarung sangat menakjubkan. Kemampuan dan keberaniannya hampir sama. Panah-panah Radheya melesat melewati Arjuna panah-panah itu sangat cepat. Panah itu melukai Arjuna, kuda dan kusirnya tetapi pada akhirnya Radheya menyerah kalah. Arjuna bertemu denga Drona dan datanglah Aswatama untuk menolong ayahnya. Semua yang ada di hadapannya di kalahkan oleh Arjuna.
Arjuna telah mengalahkan mereka semua. Ia mengejar raja itu namun sang raja tahu semua pasukannya telah tewas, ia melarikan diri. Namun hinaan dari Arjuna  membuat Duryodhana marah, ia balik ke medan perang namun semua sesepuh Kurawa mengepung Arjuna. Arjuna sadar ia telah melakukan kekacauan , lalu Arjuna memanggil Astra Sammohana, yang membuat para pasukan termasuk sesepuh Kurawa pingsan. Dan diambillah kain dari masing sesepuh kuda tersebut karena ingat dengan janji dari putra Utara. Para Kurawa akhirnya kembali ke Hastinapura.
Arjuna turun dari kereta, ia  menyuruh mengirim pesan ke kota akan kemenangannya. Ia juga memberi tahu Utara Kumara agar tidak mmeberi tahu bahwa para Pandawa ada di Wirata. Ia menyuruh Utara Kumara untuk mengakui bahwa ia tahu yang telah bertarung dengan para Kurawa itu. Mereka menuju pohon Sami panji kera dig anti lagi dengan panji Singa dan Gandiwa Arjuna di bungkus dengan senjata lain. Arjuna mengambil alih kereta dari Utara Kumara menaiki kereta tesebut. Arjuna kembali ke penyamarannnya.
DARAH YUDHISTIRA
Raja Wirata telah tiba di kota setelah bertarung yang cukup hebat itu tetapi ia masih cemas akan putranya yang di kabarkan masih di medan perang lalu ia menyuruh para menterinya untuk mempersiapkan pasukan untuk perang yang kedua. Namun seketika itu Yudhistira yang mengetahui yang menjadi kusirnya adalah Arjuna ia menyakinkan sang raja bahwa ia pasti bisa memetik kemenangannnya.
Beberapa saat kemudian datang kabar bahwa kemenangan ada pada pihak Utara Kumara yang di bawa oleh sekelompok para pengembala. Raja pun gembira dan ia menyarankan agar kekerajaan di hias untuk menyambut. Sang raja duduk bersama dengan Yudhistira, saking senang akan kemenangan lalu raja Wirata mengajak Yudhistira main dada namu ditolaknya.
Karena selalu mengagung-ngagungkan anaknya tersebut dan di lemparlah Yudhistira dengan makanannya karena telah berani membilang kemenangan dari kusirnya bukan dari putranya. Dan datanglah Utara Kumara dengan Arjuna. Arjuna bertanya-tanya kenapa Yudhistira terluka. Diceritakanlah oleh Yudhistira, Arjuna dan Bima marah besar namun Yudhistira bisa memenangkannya.
SETELAH GERHANA MUNCULLAH BULAN PURNAMA
Pagi-pagi itu Pandawa bangun pagi-pagi mereka mandi dengan air yang harum, mereka memakai jubah mahal, mereka menuju istana raja Wirata. Yudhistira menaiki tahta dan Drupadi di sampingnya sambil menunggu raja Wirata datang.
Sesaat kemudian raja datang dan menanyakan mengapa para Pandawa ada di tahta dan raja meminta agar di jelaskan karena raja tidak suka dengan itu. Yudhistira tersenyum pada raja yang marah itu lalu Arjuna mengatakan bahwa yang duduk itu adalah Yudhistira raja Indraprasta dan seketika itulah raja Wirata terkejut dan bengong.
Datanglah Utara Kumara membawa kemenangan dan membenarkan itu adalah para Pandawa seketika itu utusan pembawa  pesan dari Hastinapura  bahwa Pandawa ada di kerajaan Wirata.
PERNIKAHAN ABIMANYU
Kabar menyambar dari segala pelosok negeri bahwa Pandawa telah menyelesaikan Ajnatavasa bahwa pembuangan itu telah usai. Para Pandawa menuju sebuah kota di Wirata mereka akan melaksanakan pernikahan Abimanyu, semua raja yang mencintai Yudhistira dan langsung melaksanakan pernikahan tersebut. Semuanya berbahagia pada waktu itu, istana raja Nampak seperti istana Indra.

2.2       NILAI – NILAI DALAM PENGGALAN KISAH WIRATA PARWA
            Di dalam Wirata parwa, banyak sekali terdapat pokok – pokok ajaran, yaitu :
1.      Pelaksanaan terhadap Dharma Agama dan Dharma Negara sangat menonjol dalam bagian ini. Selama penyamaran yang dilakukan oleh Pandava di negeri Matsya, satupun pedoman penyamaran yang mereka sepakati dulu tidak ada yang dilanggar. Pedoman – pedoman penyamaran itu semuanya mencerminkan nilai – nilai luhur yang sangat sesuai dengan harapan ajaran agama (Hindu). Untuk lebih jelasnya, mari kita perhatikan bunyi pedoman penyamaran yang disampaikan oleh Yudhistira kepada saudara – saudaranya :
-          Seseorang yang menjadi pegawai seorang raja harus selalu waspada, ia harus bekerja tanpa banyak cakap. Ia hanya akan memberikan pandangan atau pendapatnya kalau diminta, dan tidak boleh mendesakan pendapatnya sendiri. Ia harus dapat memuji raja pada saat – saat yang patut. Segala sesuatu walaupun betapa kecilnya, baru dilakukan kalau telah mendapat persetujuan raja, sebab ia ibarat api dalam bentuk sudah membakar.
-          Janganlah pergi terlalu dekat dia, tetapi jangan juga kelihatan menjauh atau menghindarinya. Walaupun betapa kepercayaan raja, ia harus berpikir dengan cara lain, dan bersiap bahwa setiap saat raja bisa menendangnya. Adalah tolol kalau terlalu banyak menyadarkan kepercayaan kepada seorang raja. Orang tidak boleh gegabah duduk didekat raja, baik dalam keretanya maupun dimana saja, karena mengandalkan bahwa raja memang senang dan sayang kepadanya. Ia tidak boleh merasa sedih kalau dimarahi, dan merasa sangat bahagia kalau dipuji harus dihindarinya.
-          Tidak boleh membuka rahasia apapun yang dikatakan kepadanya, demikian juga tidak akan menerima sogokan dari siapapun untuk menghianati raja. Ia tidak boleh merasa iri hati kepada pegawai lainnya. Mungkin adakalanya raja menempatkan orang tolol sebagai kepercayaannya dengan menggeser orang – orang pandai dan berbudi baik. Hal – hal semacam ini janganlah dihiraukan. Tahanlah hidup menyamar selama satu tahun maka segala kesukaran akan bisa diatasi dengan kerendahan hati dan kebesaran jiwa.
Makna yang dapat ditangkap dari isi pedoman diatas adalah Yudhistira menekankan “Disiplin diri” sebagai inti dari keberhasilan mereka. Disiplin dalam kewaspadaan, sikap tidak gegabah, tidak irihati, tidak menghianati seseorang apalagi ia raja, teguh memegang rahasia yang sifatnya positif, kerendahan hati serta disiplin perjuangan dengan kebesaran jiwa. Inilah kurang lebih yang penting untuk dijadikan pedoman dalam mencapai kebahagiaan hidup jasmani maupun rohani.
2.      Dalam penggalan cerita ini juga kita temui nilai ucapan rasa terima kasih. Artinya bahwa apabila ada orang lain yang dengan suka rela membantu kita dalam menghadapi kesulitan, kita mempunyai suatu kewajiban untuk membalas budi baik orang tersebut. Dalam kisah ini Pandawa membalas jasa dan budi baik raja Wirata beserta seluruh masyarakat negeri Matsya yang telah membantu mereka dalam keadaan yang sangat sulit selama satu tahun dengan membantu raja Wirata dalam mempertahankan kerajaannya yang diserang olek Kaurawa. Watak kepahlawanan kesatria Pandawa ternyata dapat dicurahkan dengan baik dalam mempertahankan negeri Matsya ini. Pandawa berhasil mengalahkan musuh – musuh dari Kaurawa dan mengembalikan kemakmuran negeri Matsya.
3.      Terdapat pula nilai kesetiaan (satya), cerita Mahabharata mengandung lima nilai kesetiaan (satya) yang diwakili oleh Yudhistira sulung pandawa. Kelima nilai kesetiaan itu adalah: Pertama, satya wacana artinya setia atau jujur dalam berkata-kata, tidak berdusta, tidak mengucapkan kata-kata yang tidak sopan. Kedua, satya hredaya, artinya setia akan kata hati, berpendirian teguh dan tak terombang-ambing, dalam menegakkan kebenaran. Ketiga, satya laksana, artinya setia dan jujur mengakui dan bertanggung jawab terhadap apa yang pernah diperbuat. Keempat, satya mitra, artinya setia kepada teman/sahabat. Kelima, satya semaya, artinya setia kepada janji. Nilai kesetiaan/satya sesungguhnya merupakan media penyucian pikiran. Orang yang sering tidak jujur kecerdasannya diracuni oleh virus ketidakjujuran. Ketidakjujuran menyebabkan pikiran lemah dan dapat diombang-ambing oleh gerakan panca indria. Orang yang tidak jujur sulit mendapat kepercayaan dari lingkungannya dan Tuhan pun tidak merestui.
Dalam penggalan cerita Wirata parwa, nilai kesetiaan dicerminkan oleh Dewi Drupadi, dimana dalam cerita ini Drupadi diganggu oleh Keecaka namun ia tidak terpengaruh terhadap bujuk rayu Keecaka. Ia tetap teguh terhadap rasa kesetiaannya terhadap suami – suaminya (Pandawa).


DAFTAR PUSTAKA
Puja, Gde, MA, SH. 1985. Pengantar Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi, Jilid I. Penerbit: Mayasari.
Subramaniam, Kamala.2003.Mahabharata.Penerbit: Paramita.Surabaya.

Sejarah Desa Lebih, Gianyar

SEJARAH DESA LEBIH

·         Sejarah Desa Lebih
            Sebagaimana dimaklumi adanya suatu nama desa dapat diyakini mempunyai suatu latar belakang atau sejarah terhadap berdirinya suatu desa, sehingga nama tersebut dipakai. Namun untuk mengungkap sejarah Desa Lebih. secara pasti belum bisa dipastikan, karena belum adanya lontar yang bisa menjadikan patokan dalam menyusun sejarah Desa Lebih.
            Tetapi berdasarkan ceritera yang diproses di masyarakat yang disampaikan oleh para tokoh secara pertemuan dan dapat dipercaya sebagai sejarah desa kelahiran Desa Lebih dapat diuraikan sebagai berikut;

·         Asal Usul Nama Desa Lebih
a)      Sumber Tertulis (Profil Desa)
Pada abad ke-13 Kerajaan Bedahulu diserang oleh pasukan Majapahit, dibawah pimpinan Patih Gajah Mada. Serangan dilakukan dari 2 arah yaitu dari arah Selatan yang dipimpin oleh Patih Gajah Mada dan dari arah Utara dipimpin oleh Arya Damar. Dalam serangan ini Patih Pasung Grigis dapat dikalahkan oleh Arya Damar. Sedangkan Patih Kebo Iwa dikalahkan oleh Patih Gajah Mada dengan tipu muslihatnya. Maka dengan kalahnya Bedahulu secara resmi Bali dibawah kekuasaan Majapahit (Tahun 1343 M).
Pada Waktu Patih Gajah Mada bersama dengan pasukannya dating ke Bedahulu menaiki sebuah rangkung (perahu), konon perahu tersebut berlabuh di suatu pantai di dekat Blahbatuh, begitu seringnya beliau dating bersama anak buahnya, selalu menaiki rangkung, dan berlabuh ditempat yang sama. Maka lama-kelamaan konon tempat itu disebut Rangkung (dalam babad tidak ada ini, hanya cerita dari mulut ke mulut). Setelah Bedahulu/Bali resmi menjadi jajahan Majapahit kurang lebih selama 7 tahun. Bali belum juga diperintah oleh raja dari Majapahit, namun pemerintahan diserahkan kepada Ki Agung Gelgel.
Dikisahkan setelah 7 tahun berlalu pada tahun 1350 M, Patih Gajah Mada mengirimkan seorang Adipati ke Bali yaitu putra dari Brahmana Kepakisan yang paling kecil (bungsu) diangkat sebagai Adipati di Bali bergelar Sri Maharaja Kepakisan, yang berkedudukan di Samprangan, dikenal dengan nama Dalem Ketut Ngelesir (tahun 1350). Setelah beberapa tahun memerintah, ternyata di Bali, terutama Bali Asli (Bali Aga), tidak puas terhadap raja yang mengakibatkan timbulnya sedikit huru-hara, sebagai tanda ketidakpuasan dari orang-orang Bali Asli. Karena kedudukan raja goyah, maka pemuka-pemuka di Bali menghadap ke Majapahit untuk menyampaikan bahwa raja Sri Kresna Kepakisan akan kembali ke Majapahit.
Utusan ke Majapahit ini, dipimpin oleh Ki Patih Ulun Kepasekan, Pemacekan Padang Subadra. Diceritakan utusan ini sesampainya di majapahit, menceritakan segala masalah yang terjadi di Bali dan keinginan raja untuk kembali ke Majapahit.
Namun Patih Gajah Mada menolak kepulangan Adipati bali (Sri Kresna Kepakisan), dengan alas an bahwa Bali adalah tetap menjadi kekuasaan Majapahit dan Patih gajah Mada memberikan sebilah keris dan seperangkat pakaian beliau sebagai tanda bahwa Patih Gajah Mada adalah yang memerintah di Bali. Keris tersebut bernama Durga Dungkul.
Dalam perjalanan pulang dari Majapahit, rombonganmenaiki perahu/rangkung dari Bubat melewati Jembrana, Puruncak, Sawah-sawah Bongkak, Tuban, Kekalahan, Kedonganan, Intaran (Sanur) dan terus menuju pesisir Rangkung/Lebih dan dengan berjalan kaki menuju ke Timur Laut yaitu Samprangan (terdapat dalam Babad Bali).
Disini kita menarik kesimpulah, perahu/rangkung yang dibawa oleh pasukan Patih Gajah Mada boleh diartikan rangkung menjadi langkung/lebih.
Sejarah Desa Lebih dihubungkan dengan keberadaan tempat-tempat suci/pura-pura di wilayah Desa Lebih diceritakan sebagai berikut :
Pada waktu pemerintahan berkedudukan di Samprangan raja-raja yang memerintah berturut-turut, yaitu : Sri Maharaja Kepakisan, diganti oleh Ida I Dewa Tarukan, dikenal dengan sebutan Dalem Tarukan.
Dalem Tarukan turun tahta diganti oleh adiknya Dalem Ketut Ngelesir dan pusat pemerintahan Samprangan, dipindahkan ke Gelgel atas prakarsa arya Kebon Tubuh. Dalem Ketut Ngelesir diganti oleh Dalem Waturenggong tahun 1460-1550 M. Pada waktu pemerintahan Dalem Waturenggong, datanglah Ida Pedanda Sakti wawu Rawuh yang dikenal dengan sebutan Danghyang Nirata, pada Tahun 1489 M. Dalam perjalanan beliau untuk menyelamatkan Bali, beliau mengelilingi Bali, diantaranya Rambut Siwi, Tanah Lot, Uluwatu, Masceti (waktu itu belum bernama masceti) dan akhirnya beliau tiba di rangkung. Beliau beristirahat di suatu tempat yang tinggi (sekarang Pura Candi Agung, pada waktu itu hanya berupa dataran tinggi), beliau melanjutkan perjalanan ke Timur Laut dan tiba di Pura Sibi Agung (Dusun Kesian).
Dalem Waturenggong diganti oleh putranya Dalem Anom Pemahayun (Tahun 1550-1580 M) yang kemudian diganti oleh adiknya Dalem Segening (Tahun 1580-1621 M), dimana putranya yang ke 15 Ida I Dewa Manggis Kuning merupakan cikal bakal raja Gianyar. Putra Dalem Segening, yaitu Dalem Dimade (Tahun 1621-1651 M) menggantikan kedudukan ayahabda di Gelgel. Pada waktu beliau memerintah terjadi pemberontakan oleh Ki Aji Dauh, tetapi dapat digagalkan. Kemudian terjadi lagi pemberontakan oleh I Gusti Agung Maruti dan berhasil mengalahkan Dalem Dimade, yang menyebabkan Dalem Dimade menyingkir ke Guliang. I Gusti Agung Maruti memerintah Gelgel (Tahun 1651-1677 M). Setelah I Gusti Agung Maruti memerintah selama 6 tahun, lalu dikalahkan oleh putra dalem Dimade yaitu I Dewa agung Jambe, maka I Gusti Agung Maruti menyingkir ke Jimbaran. Dari Jimbaran ke Kapal, lalu pindah lagi dan menetap di Alas Rangkan. Pada saat beliau merambas hutan Rangkan, beliau melihat cahaya kuning di Tenggara yang sangat berkilauan, lalu beliau mencari sumber cahaya tersebut, ternyata di tempat sinar itu ada perhyangan dan disebut Masceti (Ceti = cahaya, Mas = kuning,). Keturunan I Gusti Agung Maruti tinggal dengan tentram di Desa Rangkan (Keramas sekarang) dan semakin lama kedudukannya makin kuat.
Selanjutnya diceritakan Raja Gianyar, I Dewa Manggis II mempunyai putra I Dewa Manggis III dan I Dewa Kepandean yang ditempatkan di Sura Angga (Serongga sekarang), yang mempunyai wilayah sampai disebelah Selatan Cekug (Medahan). Untuk memperkuat kedudukan Beng, maka I Dewa Manggis III menugaskan saudaranya I Dewa Kepandean untuk membendung kemungkinan adanya serangan dari Keramas. Disamping itu dikirim pasukan ke Rangkung/Lebih, sehingga Rangkung merupakan suatu benteng bagi Beng. Pasukan ini dipimpin oleh keturunan Ki Gede Meranggi Dana. Lama kelamaan Lebih semakin kuat dan berkembang meliputi 7 Dusun/Banjar, yaitu Dusun Lebih Beten Kelod, Dusun Lebih Duur Kaja, Dusun Kesian, Dusun Serongga Kelod, Dusun Serongga Tengah, Dusun Serongga Kaja, dan Cebaang.
Kemudian mengingat luasnya wilayah dan besarnya jumlah penduduk maka pada tanggal 16 Nopember 1991, Desa Lebih dimekarkan menjadi 2 (dua) Desa yaitu Desa Lebih dan Desa Serongga. Desa Lebih terdiri dari 3 Dusun, yaitu : Dusun Lebih Beten Kelod, Dusun Lebih Duur Kaja dan Dusun Kesian, sedangkan Desa Serongga terdiri dari 4 Dusun, yaitu Dusun Serongga Kelod, Dusun Serongga Tengah, Dusun Serongga Kaja, dan Dusun Cebaang (Berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah TK I Bali Tanggal 16 Nopember 1991, Nomer : 661 tahun 1991).
Demikian diperkirakan timbulnya Desa Lebih, berdasarkan Profil Desa Lebih.

b)     Sumber Lisan (Cerita)
Bersumber pada informasi yang saya peroleh dari Bapak I Wayan Gede Pradnyana, S.Tp sebagai prebekel Desa Lebih beliau meberikan informasi bahwa menurut cerita secara turun temurun Desa lebih dikatakan sudah ada sejak zaman Bali Kuno yaitu tepatnya pada zaman pemerintahan kerajaan Bedahulu, namun pada masa itu daerah Desa Lebih masih bernama Langkung. Diceritakan pada zaman kerajaan Bali Kuno Patih Kebo Iwa pernah membawa sebuah batu besar di sungai sangsang yang terletak di desa Lebih yang diamana hingga sekarang batu tersebut masih ada pada batu tersebut terpat suatu relief. Setelah Kerajaan Bedahulu di kalahkan oleh Majapahit hingga pusat kerajaan dipindahkan ke daerah Samprangan (Samplangan sekarang) karena letaknya yang bedekatan Desa Lebih seringkali dilalui oleh utusan kerajaan Samprangan. Setelah pusat kerajaan dipindahkan ke daerah Gelgel (klungkung) Desa Lebih tidak lagi dilalui oleh utusan-utusan dari kerajaan Gelgel dan hingga pada akhirnya kerajaan Gelgel runtuh dan muncul kerajaan-kerajaan kecil di Bali yaitu kerajaan Badung, Buleleng, Karangasem termasuk  kerajaan Gianyar juga pada saat itu sudah berdiri, Setelah berdirinya kerajaan Gianyar ini Desa Langkung kemudian berubah nama menjadi Lebih yang mempunyai 7 Banjar yaitu, yaitu  Banjar Lebih Beten Kelod, Banjar Lebih Duur Kaja, Banjar Kesian, Banjar Serongga Kelod, Banjar Serongga Tengah, Banjar Serongga Kaja, dan Cebaang. Hingga akhirnya pada tanggal 11 November 1991, Desa lebih dimekarkan menjadi 2 Desa yaitu Desa Lebih dan Desa Serongga. Desa lebih terdiri dari 3 Dusun yaitu  Dusun Lebih Beten Kelod, Dusun Lebih Duur Kaja, Dusun Kesian.


·         Sejarah Berdirinya Masing-masing Dusun

-          Dusun Lebih Beten Kelod
Nama Dusun/Br. Lebih Beten Kelod itu sendiri diambil dari letak geografisnya yang berada/terletak di bagian paling Selatan dan paling rendah atau bawah, yang mana kata beten mempunyai arti bawah dan kelod berarti selatan.

-          Dusun Lebih Duur Kaja
Dinamakan Dusun/Br. Lebih Duur Kaja karena secara geografis letak wilayah Lebih Duur Kaja lebih tinggi dari Dusun Lebih Beten Kelod dan terlatak di sebalah Utara dari Dusun Lebih Beten Kelod, yang mana kata duur mempunyai arti atas dan kaja berarti utara.

-          Dusun Kesian
Dusun/Br. Kesian, awalnya berasal dari kata “Kesehan” artinya “Diganti” atau diperbaiki. Sebelumnya, Dusun ini disebut Dusun Batan Tingkih. Oleh karena sesuatu hal letak/lokasi Dusun ini dipindahkan kea rah Timur Laut (lokasi sekarang dan diberi nama Dusun/Banjar kesehan kemudian lama-kelamaan menjadi Kesian) hingga sampai sekarang.

·         Data Penduduk
               Jumlah penduduk Desa Lebih setiap tahun ada kecendrungan untuk menngkat sedangkan luas wilayah tetap, sehingga kepadatan penduduk terus meningkat dan akan menjadi besar bila tidak ditangani secara tepat dan cepat. Penduduk mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan pembangunan di segala bidang sehingga penduduk merupakan sumber daya manusia sebagai salah satu faktor penentu dalam pembangunan. Jumlah penduduk laki-laki ; 3276 Jiwa dan perempuan; 3406 Jiwa , jumlah KK : 1494
·         Agama
Jumlah penduduk Desa Lebih pada umumnya sangat homogen sehingga adat istiadat yang dianutnya masih homogen, begitupun juga agama yang dianutnyapun sama yaitu agama Hindu.
·         Mata Pencaharian
               Desa Lebih merupakan suatu desa agraris dan sedang berkembang sehingga mata pencaharian penduduk sangat dipengaruhi oleh keadaan suatu desa. Mata pencaharian penduduk dapat dibedakan sebagai berikut :
1.      Petani     :    601 orang
2.      Buruh     :  1173 orang
3.      Pengrajin:    213 orang
4.      Jasa         :    158 orang
5.      Pengusaha:    147 orang
6.      PNS                    :    389 orang
7.      ABRI     :      52 orang
8.      Swasta    :   318  orang
9.      Nelayan  :   174  orang
10.   
·         Pendidikan
               Jumlah penduduk menurut pendidikan yang ditamatkan dapat dibedakan sebagi berikut :
               1.           Tamat Perguruan Tinggi / sederajat            :     52 orang
               2.           Tamat Akademi / sederajat                         :     30 orang
               3.           Tamat SLTA                                               :  1720 orang
               4.           Tamat SLTP                                               :  1561 orang
               5.           Tamat SD / sederajat                                  :  1349 orang

·         Pembagian Wilayah Desa

         Secara tofografi, Desa Lebih, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar merupakan daerah landai dengan ketinggian 30 meter diatas permukaan laut, curah hujan relatif basah dengan batas wilayah administratif sebagai berikut :
§  Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tegaltugu
§  Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Temesi dan Tulikup
§  Sebelah Selatan berbatasan dengan Lautan Hindia
§  Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Seronggo dan Medahan

       Luas wilayah Desa Lebih,  2,013 km2 atau sekitar ......% luas Kabupaten Gianyar. Secara administratif Desa Lebih terbagi atas 3 Banjar dinas/dusun dan 2 Desa Pakraman yang meliputi :
- Nama Banjar Dinas :
1.      Banjar Dinas Kesian
2.      Banjar Dinas Lebih Duur Kaja
3.      Banjar Dinas Lebih Beten Kelod

- Nama Desa Pakraman :
      1. Desa Pakraman Kesian
      2. Desa Pakraman Lebih.

       Penggunaan lahan di wilayah Desa Lebih, sekarang dipilah menjadi daerah pemukiman 33 ha, tanah sawah 149,3 ha, pertanian lahan kering 2 ha, perkebunan/tegalan 9,50 ha, hutan 0 ha dan perikanan dan peternakan 3 ha serta penggunaan lain-lain (fasilitas umum, pura, setra, jalan, lapangan dan sebagainya) seluas 8,2 ha.
          Desa Lebih memiliki jalan sepanjang ...... km, dengan rincian : jalan nasional 1,2 km, jalan provinsi  0 km, jalan kabupaten 2,9 km, jalan desa 3,0 km dan jalan dusun/banjar sepanjang ...... km. Dengan kondisi beraspal sepanjang ...... km, beton sepanjang ...... km, geladag ...... km, dan jalan tanah sepanjang  ...... km.









DAFTAR PUSTAKA

Informasi dari salah satu orang tua (tetua) di desa Lebih.


Informasi/Wawancara langsung dengan Bapak Prebekel Lebih.

SEJARAH SINGKAT PURA AGUNG BATAN BINGIN DESA PEJENG KAWAN, KEC.TAMPAK SIRING

Bila dicermati dari tinggalan-tinggalan purbakala yang ada di Pura Agung Batan Bingin, seperti Arca Budha di Ratu Melanting dan arca-arca ya...