BAB II
PEMBAHASAN
2.1 WIRATA PARWA

RENCANA UNTUK TAHUN YANG KE TIGA
BELAS
Yudistira
mengumpulkan orang – orang yang sampai saat ini masih menjadi pengikutnya. Ia
mengucapkan kata perpisahan kepada semua pengikutnya dan minta izin untuk
meninggalkan mereka semua. Karena para pandawa harus menyamar agar semua orang
tidak tahu. Yudistira berharap bahwa pada akhir tahun depan ia bisa mendapatkan
kerajaannya dan bersama kembali kepada para pengikutnya. Yudistira sampai tak
sadarkan diri karena tidak mampu menahan emosianya.
Dhaumnya
menenangkan mereka. Ia berkata bahwa pandawa akan bersinar kembali di akhir
tahun depan. Yuditira mengucapkan selamat tinggal kepada mereka (panca
pandawa).merkapun memberkahi yudistira pandawa dan draupadi dan dahunnya pergi
ketempat yang sepi untuk merundingkan tentang rencana mereka. Dengan
mempertimbangkan pendapat akhirnya dicapailah kesepakatan yaitu mereka akan
menyamar di kerajaan matsya dengan kotanya wirata.
Tahun
ketiga belas adalah penuh dengan kehawatiran bagi mereka. Namun sekarang telah
menjadi seperti petualangan mereka merundingkannya dengan serius. Dalam
penyamaran ini yudistira akan menjadi brahmana yang ahli dengan ajaran veda dan
filsafat. Dengan nama samaran kanka. Tudistira bertanya pada bima ,bima
menjawab bahwa ia akan menyamar sebagai tukang masak dan ahli gulat dengan nama
samaran valala.
Yudistira
bertanya pada arjuna bagaimana caranya menyembunyikan keberanian ? arjuna
menjawab bahwa ia akan menjadi wanita. Arjuna memakai pakaian wanita. Ia
menjadi guru musik , tari dan nyanyi dengan nama brahanala. Yudistira bertanya
pada nakula bagaimana cara menyembunyikan ketampanan mu nakaula ? nakula
menjawab bahwa ia akan menyamar menjadiperawat kuda-keda sang raja dengan nama
damagrati. Yuditira bertanya pada sahadewa bagaimana cara untuk menyembunyikan
kebijaksanaannya ? ia menjawab menjadi penjaga sapi-sapi kerajaan wirata supaya
lebih banyak menghasilkan susu. Dengan nama Tantripala. Yudistira sedih melihat
dewi draupadi. Ia sangat sedih menyatakan apa yang akan dilakukannya. Draupadi
menjawab bahwa ia akan menjadi perias ratu di kerajaan wirata karena draupadi ahli
di dalam tatarias. Dengan sebutan nama samara sarindri.
Yudistira
sangat senang dengan persiapan ini. Para pandawa meninggalkan daitavana. Dan
pergimenuju tepi bagian utara Yamuna. Mereka sampai di perbatasan matsya.
Disana mereka berpamitan dengan dhaumyamengundang para dewa untuk memberkati
pandawa.
KANKA DIKERAJAAN WIRATA
Menyembunyikan
senjata mereka adalah masalah berikutnya. Mereka harus meninggalkan senjata
itu. Mereka berunding dan menyetujuinya. Bahwa senjata mereka akan di bungkus
menyerupai mayat di atas pohon besaryang ada di pinggiran kota tersebut. Karena
mereka kelelahan mereka memutuskan untuk bermalam di tempat itu dan melanjutkan
perjalanan besok harinya. Yudistira setuju dengan ide itu ia mengumpulkan semua
senjata dari pandawa dan membungkusnya. Arjuna membungkus gandiwanya dengan
melepas tali terlebih dahulu. Kemudian pandawa mengundang para dewa agar
memberkati senjatanya mereka.
Yudistira
sendiri yang memanjat pohon tersebut. Dan meletakkan bantalan tersebut lalu
turun. Rasa sedihpun tak terelakan dari pandawa.yudistira menenangkan
mereka.beberapa saat lewat orang desa ia menanyakan prihal yang di gantung itu
yudistira menjawab itu adalah mayat ibunya karena menurut tradisi harus di
gantung setelah meningal. Para orang desa percaya, dan mereka pergi dari tempat
itu.
Hari
sudah mulai fajar mereka semua sudah mandi. Kemudian yudistira menyamar. Ia
lalu berpamitan kepada adik – adiknya. Lalu berjalan menuju Wirata. Tempat itu
sangat cepat di datanginya Ia telah sampai di kerajaan matsya Yudistira di
terima dengan memperkenalkan dirinya sebagai teman baik Raja Indraprasta dan
juga pintar bermain dadu.
Wirata
sangat tersentuh dengan kata – kata Yudistira. Karena Raja sangat senang main
dadu. Raja menyatakan harta benda di kerajaan ini adalah harta benda miliknya.
Namun Yudistira tidak meminta apa – apa hanya ada satu permohonan hanya Ia
tidak memakan makanan yang di sentuh orang dan hanya sekali makan pada malam
hari saja.
PANDAWA DI WIRATA
Beberapa
hari Bhima memasuki Wirata dengan membawa sendok besar, lalu memberi salam pada
Raja, Ia memperkenalkan keahliannya di bidang memasak dan sebagai pegulat Raja
sangat senang karenanya dan memberi tugas dan tanggungjawab padanya. Dengan
nama wrahanala. Arjuna memasuki istana dengan rambut panjang, kain sutra merah
dan kalung permata. Ia memperkenalkan diri dengan nama Brahannala. Sebagai
penari dan mengetahui keterampilan seorang wanita. Selain itu ia juga pintar
memainkan alat musik. Raja senang atas kedatangannya dan menerima Brahannala.
Raja
sedang memeriksa kuda – kudanya. Ia melihat seseorang pemuda tampan. Lalu
pemuda itu mendekat dan memberi salam pada raja. Dengan nama Damaganthi. Ia
mengaku bisa merawat kuda-kuda sang raja. Ia ingin tempat tinggal dan raja
mengizinkannya darmagranti untuk merawat kuda-kudanya. Saha dewa memasuki sabha
Wirata. Ia telah menggunakan pakaiannya seseorang pengembala dengan sebuah
tongkat di tangannya. Ia memohon kepada sang Raja untuk di jadikan kepala
pengembala. Karena ia ahli dalam mengobati ternak – ternak sang Raja.rajapun
berkenan dengan usulannya tersebut.
Setelah
ke lima Pandawa telah memasuki kota maka masalah terakhir telah terpecahkan
sekarang hanya masalah waktu sebelumnya mereka munculdari persembunyian mereka.
SAIRANDHI
Draupadi
memauki istana dengan menyamar sebagai Sailandri. Ia menyamar sebagai peñata
rias dari ratu Sudesna. Ratu sangat senang dengannya dan ratu memperkenankanya
untuk menjadi piñata rias di kerajaannya.
Draupadi
mempunyai beberapa permintaan kepada sang Ratu yaitu ia tidak mau memijati kaki
danmemakan makanan sisa. Karena telah berjanji pada suaminya. Sang Ratu
menyetujuinya dan mengijinkannya tinggal di istana bersama Sang Ratu.
PERTANDINGAN GULAT
Ratu
pandawa menjadi gadis penghias Yudistira menemani Wirata. Bhima menjadi tukang
masak, Arjuna menjadi guru tari, Nakula menjadi anak kandang, dan Sadewa
menjadi gembala. Nasib aneh memang tidak bisa dimengerti. Pandawa semuanya
gembira, dan juga Drupadi.raja wirata dan istrinya adalah raja dan ratu yang
sangat baik.
Selama
bulan keempat tinggalnya diwirata, di kota dirayakan festival untuk menghormati
sangkara. Perayaan itu termasuk pertandingan gulat. Dari seluruh dunia
datanglah pegulat-pegulat untuk menunjukan keahlian. Satu pegulat yang datang
dari negri asing dia tidak dapat dikalahkan. Semua pegulat dari wirata
dikalahkanya. Dia berdiri ditangah ring dan berkata sangat sombong. Raja sangat
kecewa dengan orang-orangnya. Yudistira memberi saran raja wirata. Raja wirata
sangat gembira dengan saran Yudistira. Raja memnggil bima menyuruh bertanding
melwan orang yang sombong itu. Bima mempersiapkan diri untuk pertandingn itu.
Bima memasuki arena seperti macan merah pertandinganpun segera dimulai. Bima
bertarug dengan segala kekuatanya. Bima sangat ingin menyenangkan raja dan
tidak ingin kakak tercintanya yang telah bercerita begitu tinggi mengenai
dirinya. Bima mengalahkan pegulat yang sombong itu. Raja sangat gembira dengan
keperkasaan bima. Wirata bisa menyombongkan pegulatnya, yang telah membunuh
orang yang telah sampai sekarang menjadi pegulat terbesar di dunia.
MIMPI RAHDHEA
Ketika
lomasa turun kebumi untuk bertemu Yudistira, dia membawa pesan dari Indra dan
pesan itu adalah untuk Yudistira sendiri. Indra sekarang ingat janjinya pada
Yudistira. Dia memutuskan bahwa ia harus melakukan Sesutu yang akan mengurangi
kekuatan Radhea.
Hal
itu terjadi pada tahun ke-13 pengasingan pandawa. Suatu malam, Radhea tertidur
di tempat tidurnya yang lebih putih dari salju. Matahari penuh dengan kasih
sayang kepada anaknya yang malang mengunjunginya dalam mimpinya. Ia memberi
tahu tentang kedatangan Indra pendoa pandawa yang akan meminta kawacha dan
kundalanya. Surya memperingati radhea agar mempertahankan kawacha dan kundala.
Rhadea berjanji akan memberikan indra apa yang dia inginkan. Surya memperingati
radhea lagi untuk tidak memberikan kawacha dan kundala itu, yang di berikan
oleh dewa yang mencintainya. Rhadea tidaak bisa menuruti kata – kata surya.
Radhea harus taat pada sumpah yang telah ia ucapkan; tidak menolak permintaan
seseorang. Surya memberitahu Radhea, klau ia memberitahukan kawacha dan
kundala, ketika indra menawarkan sesuatu mintalah saktinya.
PERMINTAAN INDRA
Pada
tengah hari Radhea sudah selesai memuja matahari. Dia menunggu kedatangan
Indra. Seorang brahmana datang jantung radhea berdetak cepat, radhea segera
berlutut di kakinya sebagai kebiasaannya. Ia menghormati brahmana itu dan
mempersilakannya duduk. Brahmana meminta kawacha dan kundala. Radhea menawarkan
pakaian perang, dan anting lain yang lebih mahal dari ini. Bahkan Radheya
menawarkan kerajaanya. Brahmana itu bersikeras meminta kawaca dan kundala.
Brahmana itu hny menginginkan kawaca dan kundala itu. Radheyapun memberikan
kawaca dan kundala miliknya kepada brahmana samara dari indra.
Radheya
memotong baju baja dari tubuhnya, dia melepas anting dari telingnya. Kawaca dan
kundala diletakkan dikaki brahmana. Radheya gembira karna dia telah
mengorbankan hidupnya demi darma. Brahmana menyuruh radheya meminta sesuatu
yang diinginkan padanya. Radheya meminta sakti brahmana itu senjata yang
digunakan untuk menghancurkan musuhnya. Brahmanapun memberikan saktinya yang
sangat ampuh.
KICHAKA SAUDARA RATU


Sudhesnha
menunggu selama sehari sampai dua hari. Kemudian ia mendendengar bahwa adiknya
sakit parah dan beristirahat di tempat. Sang ratu mengutus saerandri ke istana
keecaka. Saerandri menolak perintah sang ratu sudheshna angat marah kepada
saerandri. Saerandri harus pergi dan mematuhi perintahnya. Ia membawa tempat
air yang terbuat dari emas yang di berikan oleh sang ratu dan berjalan menuju
ke istana keecaka. Keecaka telah menunggu kedatangannya, melihatnya menuju
istananya ia bangkit menyambutnya, keecaka mendekat padanya dan mencoba untuk
menggodanya. Dengan sangat takut, dropadi mendorongnya ke tanah dan mencoba
melarikan diri dari sana. Ia lari menuju kediaman wirata Yudhistira ada di sana
dan ia menginginkan perlindungan dari Yudistira. Ia menjatuhkan tempat air dari
emas itu dan berlari secepatnya.
Kichaka
mengejarnya, ia menjambak rambutnya dan menghempaskanya dilantai. Dropadi
sangat putus asa. Dengan rambut yang tergerai menutupi punggungnya. Ia berlari
kediaman wirata. Sang raja melihatnya. Yudistira memandangnya. Tidak ada
seorangpun yang bicara. Keecaka yang kuat adalah jendral dari pasukanya. Ia
tidak berani melawannya, ia tidak berani berkata kasar padanya Yudistira sangat
marah pada sang raja karna tindakanya yang sangat lemah. Dimana ia mencoba
untuk menghindari masalah. Pandawa, yang bersedia untuk mengorbankan
nyawa mereka untuknya, harus diam dan menutupi keberanian mereka dan juga
kemarahan mereka karna mereka tidak ingin jati diri mereka diketahui.
BIMA DAN SAIRANDRI
Malam
itu ketika seorang semua sudah tidur dropadi bangun dari tempat tidurnya, dan
menuju ketempat bima tidur. Ia membangunkan bima dari tidurnya. Kemudian ia
bercerita pada bima tentang bagaimana keecaka menyakitinya telah menyakitinya.
Dropadi meminta bantuan bima untuk membunuh keecaka bima meminta dropadi untuk
bersabar selama beberapa hari lagi. Dropadi tidak mau mendengarkan, ia
mengancam bima, ia berkata; jika kau tidak membunuh keecaka aku akan minum
racun dan membunuh diriku sendiri. Bima sangat kasihan padanya. Ia berubah
pikiran untuk melakukan apa yang ia inginkan. Bima meminta dropadi untuk
menemui keecaka besok pagi. Dan mengajak keecaka bertemu diruangan tari, pada
malam hari. Dropadi melakukan apa yang disuruh bima. Keecaka menyetujui
pertemuan diruangan menari.
AULA MENARI TEMPAT PERTEMUAN
RAHASIA
Dalam
kegelapan bima dan dropadi menunggu keecaka diruangan menari. Keecaka memasuki
ruangan menari itu bima melompat dari tempat duduknya. Pertarunganpun terjadi
antara bima dan keecaka. Keecaka kalah melawan bima yang sangat kuat, dan
akhirnya keecaka tewas. Dropadi teramat bahagia melihat kematian keecaka ia
memanggil penjaga-penjaga ruangan menari itu, ia member tahu mereka tentang kematian
keecaka mereka segera mengummumkan kepada setiap orang bahwa keecaka telah
dibunuh oleh suami gandarva sairandri. Keluarga dan 105 saudara keecaka segera
menuju tempat itu sang ratu dang rajapun datang dan merekapun menangis melihat
keecaka. Upacara pembakaran dimulai pada pagi hari. Para upakeecaka menangkap
dropadi dan mengikatnya mereka meletakannya di tandu usungan. Dropadi berteriak
memanggil nama-nama suaminya dan minta tolong. Suaranya sampai ketelinga bima.
Bima segera menuju ketempat pembakarn, melalui jalan pintas. Bima menyerang
para upakeecaka, dan membunuh mereka semua.
Tempat
pembakaran itu sekarang dipenuhi dengan mayat-mayat saudara keecaka. Seluruh
kota ketakutan dengan apa yang tlah terjadi. Sang raja member tahu istrinya
tentang ketakutanya dengan dropadi yang masih tinggal diistana. Sudhesnha
segera memanggil dropadi dan member tahu untuk pergi dari istana. Dropadi
memohon kepada sang ratu untuk mengizinkanya tinggal 13 hari lagi. Sang ratu
sudhesnha setuju dengan permintaan dropadi.
PERTEMUAN DI HASTINAPURA
Mata-mata
duryodana telah disebar keseluruh Negara, untuk menemukan tempat persembunyian
pandawa. Pencarian mereka sia-sia. Mereka kembali satu persatu ke hastinapura.
Drone dan bisma menasehati duryodana, bisma member petunjuk dimana yudistira.
Bisma mencoba menasehati duryodana untuk menghentikan pertikaian dan
mengembalikan kerajaan mereka. Duryodana tidak suka dengan kata-kata bisma dan
ia berkata : aku tidak bisa menghilangkan rasa benciku terhadap pandawa, mereka
dalah musuh-musuhku.
Krpa
member saran, untuk mengumpulkan pasukan dan meminta bantuan kepada raja-raja.
Duryodana mengerti saran-saran krpa. Ia memanggil mata-mata itu untuk
menceritakan tentang kematian kkeecaka. Mereka menceritakan ceritanya secara
keseluruhan. Duryodana telah menemukan tempat persembunyian pandawa, karena
cerita mata-mata tentang pembunuhan keecaka. Susarma,raja trigarta,yang telah
bersekutu dengan Radhea dengan dursasana, bergabung dlam perjalanan melawan
kerajaan matsya dan wirata.Duryodana mengadakan pertemuan untuk merencanakan
penyerangan kerajaan matsya.
SAPI SAPI WIRATA DI CURI
Sapi-sapi
wirata telah di curi. Pengembala tidak mampu melindungi mereka. Penyerangan itu
sangat tiba-tiba. Mereka tidak berdaya melawan hujan panah yang di arahkan pada
mereka. Mereka meninggalkan gerombolan sapi-sapi dan berlari keistana raja
sambil erteriak-teriak sambil meminta bantuan. Dengan segera sang raja
mengumpulkan pasukan, dan pasukan mulai berbaris dan mengejar para musuh. Sang
raja meminta saudara-saudaranya untuk menolongnya.
Yang
pertama adalah Satanika, yang kedua Madisrava, yang ketiga Suryadanta, putra
wirata yang tertua yang bernama virasanka, mempersiapkan dirinya untuk membantu
ayahnya. Ketika kuda-kuda dibawa untuk kereta sang raja, yudistira datang dan
berkata; jika raja mengijinkan kami membantumu. Raja sangat bahagia di bantu
oleh pria-pria ini. Pasukan meninggalkan kota dan menuju medan perang.
Perangpun terjadi, seluruh medan perang menjadi gelap karena debu yang berasal
dari tanah. Susarma,Trigarta, menjadikan Raja matsya sebagai tawanan, telah
terjadi kepanikan dalam pasukan, semuanya mulai melarikan diri dari medan
perang. Yudistira melihat apa yang telah terjadi, dan yudistira minta Bhima
untuk menyelamatkan Raja Wirata. Bhima mengalahkan dengan mudah. Ia membuat
Susarma tak sadarkan diri dan ia mengikat tangan dan kakinya. Ternak-ternak sudah didapatkan
kembali. Musuh-musuh sudah dikalahkan, wirata sangat senang dengan dengan
keempat pandava. Mereka bermalam diperkemahan yang dibangun dimedan perang.
UTARA KUMARA SANG PANGERAN
Pada
hari setelah serangan TRIGATA, seperti yang telah mereka rencanakan, kaurawa
menyerang kota dari arah utara. Mereka datang dan menangkap sapi-sapi, gembala
pergi menghadap putra Wirata yang paling Bungsu, bernama Bhumi Jaya,
ia juga dikenal dengan nama Uttara Kumara. Gembala member itahu putra Wirata
tentang kekacauan yang telah disebabkan karena penyerangan Kaurawa.
Pangeran
duduk diantara para wanita yang ada di Istana, dan ia berkata : “ Aku tidak
bisa bertarung karena aku tidak memiliki orang yang cukup mampu untuk
mengendalikan kuda-kuda ku kusir ku sendiri telah tewas dalam
perang. Aku meminta kalian mencarikan seorang kusir sekarang juga. Arjuna
menyuruh Drupadi untuk menceritakan tentang kehebatan Brahanala, kepada Uttara,
sang putri.
Drupadi
melakukan apa yang diberitahu oleh Arjuna. Sang putri sangat bahagia, ia dengan
cepat menemui adiknya dan menyuruh siap-siap untuk bertarung. Uttara Kumara
setuju dengan hal ini. Sang putri membawa pakaian yang bersinar seperti
matahari, untuk diberikan kepada Arjuna. Ia brpura-pura tidak
tahu bagaimana caranya memakai pakaian itu.
Sang
pangeran datang dan memakaikan tameng kepada Brahanala itulah Arjuna inginkan.
Mereka mengucapkan selamat berpisah dengan semua teman-temannya. Kereta mereka
akan segera meninggalkan gerbang istana. Mereka menuju arah kemana Kaurawa
telah membawa ternak-ternak mereka.
ARJUNA DAN SANG PANGERAN
Uttara
Kumara dan Brahanala segera menuju perkemahan musuh. Uttara kumara memandang
pasukan, ketegangan mengusai dirinya, lututnya mulai bergetar. Uttara kumara
ketakutan melihat pasukan Kaurawa. Ia berkata : “ Aku mohon bawalah aku kembali
ke kota, aku tidak akan bertarung, pikiranku berubah.
Brahanala
berkata-kata supaya Uttara Kumara berani bertarung. Uttara Kumara tidak
berpengaruh dengan kata-kata Brahanala. Ia melompat dari kereta dan mulai
berlari ke arah kota. Brahanala melompat dari kereta dan mengejar Uttara
Kumara. Mereka dilihat oleh para musuh.
Arjuna
menjadi menjambak rambutnya dan menyeretnya ke atas kereta. Arjuna menolong
pangeran muda itu menghilangkan rasa takutnya yang berlebihan. Ia
menyuruhnya mengambil tali kekang dan ia duduk di atas kereta. Arjuna
menginginkan Gandiva dan tempat panahnya. Ia menyuruh Uttara Kumara untuk mengarahkan
kereta itu ke bawah pohon Sami dimana ia meletakkan senjata mereka. Dengan
perasaan yang tak terbebani dalam hatinya, Drona mengatakan dengan terus
terang, aku yakin aku telah melihat Arjuna, dan tidak salah lagi, ia menyamar
tapi aku bisa mengenalinya.
POHON SAMI
Sementara
itu Arjuna telah sampai di bawah pohon Sami. Lalu ia melihat Utara Kumara yang
telah lemas untuk bertarung. Arjuna menyuruhnya untuk memanjat pohon itu. Untuk
mengambil senjata dari para Pandawa. Yang pada awalnya ia kira itu adalah mayat
yang di gantung. Setelah menyakinkan Utara Kumara lalu memanjat pohon tersebut.
Dan diputuslah tali yang menggantung bungkusan tersebut yang isinya adalah
senjata para Pandawa.
Betapa
terkejutnya Utara Kumara melihat isi dari bungkusan itu. Lalu Arjuna memaparkan
isinya yang merupakan senjata para Pandawa dan betapa terkejutnya Utara Kumara
yang dilihatnya adalah Arjuna pemilik Gandiwa yang mendunia tersebut dan mulai
pada saat itu Utara menjadi semangat lagi.

Arjuna
telah mengganti panji singa kerajaan Matsya dengan panji kera milik kerajaan
Pandawa dan meniup terompet Dewadattanya. Drone tergetar mendengar suara dari
Gandiwa dan suara Dewadatta. Ia menyarankan untuk mengembalikan sapi-sapi dari
kerajaan Matsya tersebut. Lalu Acarya yang tidak suka gurunya terlalu memuji-
muji Arjuna yang telah keluar dari persembunyian. Namun Acarya menyuruh gurunya
untuk menghetikan pujian-pujian untuk Arjuna.
Datanglah
Radheya, niatnya sangat menggebu-gebu untuk bertarung dengan Arjuna. Ia tidak
peduli dengan siapapun, walaupun ia akan sendirian untuk bertarung. Ia tidak
memperdulikan nasehat dari para guru dan temannya. Mendengar hal tersebut
Aswatama tidak mau mengikuti pertarungan. Ia meletakkan busur dan panahnya dan
diam di atas keretanya.
KEPUTUSAN DURYODHANA
Menurut
Bhisma, Krpa, Drona dan Aswatama benar tidak seharusnya para Pandawa dihina.
Bhisma meredakan pertikaian diantara Radheya dan Aswatama. Aswatama sedikit
reda kemarahannya karena kata-kata Bhisma. Duryodhana menyadari hal itu meminta
Drona dan Krpa memaafkannya.
Bisma
melihat Duryodhana dengan kasih saying, Bisma membenarkan masa pembuangan
Pandawa ke hutan memang sudah berakhir. Dengan memberikan uraian tentang tata
surya. Bahwa lima tahun ada dua bulan penambahan panjang waktu. Selama tiga
belas tahun itu, telah ada penambahan selama lima bulan dan dua belas hari.
Pandawa sudah menyadari hal itu dengan bersembunyi di hutan selama satu tahun.
Pandawa sadar alam perhitungan itu namun tetap menjalani lima bulan yang
seharusnya tidak ia jalani. Wajah Duryodhana pucat karena kecewa, matanya merah
karena marah semua mimpinya untuk membuang para Pandawa ke hutan sudah sirna.
Namun ia bersikukuh untuk tidak menyerahkan kekerajaan itu ke Pandawa.
Duryodhana
menggerakkan pasukannya untuk berperang melawan Pandawa sekarang maupun nanti.
Drona telah membagi para petinggi pasukan Kurawa. Dibentuklah formasi bulan
sabit oleh Bisma dengan Drona di tengah di kiri Aswatama, Radheya sebagai
pasukan pelopor, Krpa sayap kanan, dan Bisma menjaga pasukan belakangnya.
Kereta Arjuna melaju dengan cepat ia tahu formasi pasukan Kurawa di atur oleh
kakeknya ia melihat panji kakeknya itu.
KALAHNYA PASUKAN KAURAWA
Beberapa
anak panah telah melesat dan jatuh di kaki Drona, Bhisma, dan Krpa dan dua lagi
melesat di antara telinga Krpa dan Drona. Panah tersebut se akan member salam
akan kedatangan Arjuna. Mereka bahagia bisa bertemu kembali setelah selama 13
tahun di hutan. Dua panah lagi di tembakkan untuk meminta izin perang dan
perang pun di mulai.
Arjuna
mendekat dengan kecepatan angin. Ia member tahu Utara Kumara bahwa formasi itu
di atur untuk menghalangi Arjuna. Ia melihat para sesepuh Kurawa tapi ia tidak
melihat Duryodana. Arjuna tertuju pada pasukan yang mengarah ke Astina, ia tahu
bahwa para sesepuh Kurawa tidak membiarkan Arjuna bertemu dengan Duryodhana.
Arjuna menyuruh Utara Kumara mengejar. Para pasukan yang membawa sapi-sapi itu.
Para pasukan Kurawa tidak dapat menghalagi kecepatan Arjuna. Ia menyuruh Utara
Kumara untuk mengejar panji ular yang berwarna keemasan. Ia ingin membalas
semua atas penderitaannya selama ini. Arjuna tahu bahwa ini adalah gagasan
Drona yang ingin menyelamatkan rajanya.
Kereta
itu melewati Bisma, para pasukan Kurawa mengabaikan sapi-sapi itu, ia mengejar
Arjuna yang telah duluan mengejar rajanya. Namun pihak Arjuna, ia menyuruh
Utara Kumara memperlambatkan keretanya ia ingin menyelamatkan sapi-sapi itu
dulu, ia bertarung dengan para penjaga sapi-sapi tersebut. Para prajurit
penjaga sapi itu kabur. Dan para pengembala gembira karena sapinya telah bebas.
Kereta
Arjuna telah mendekati sang raja Duryodhana yang telah membawa sperempat
pasukannya. Para sesepuh Kurawa melihat hal itu lalu mereka secara sentak
menuju Arjuna sehingga formasinya hancur. Aswatama tersenyum pada Radheya, ia
member tahu bahwa Arjuna, musuhnya telang datang namun Radheya tidak peduli
dengan siapapun kemarahannya telah memuncak ia ingin membuktikan janjinya.
Arjuna dikepung dari segala arah oleh sesepuh Kurawa termasuk Duryodhana yang
telah mendekat ke medan perang.
Arjuna
telah bertarung dengan Radheya, kedua pemanah hebat itu bertarung sangat
menakjubkan. Kemampuan dan keberaniannya hampir sama. Panah-panah Radheya
melesat melewati Arjuna panah-panah itu sangat cepat. Panah itu melukai Arjuna,
kuda dan kusirnya tetapi pada akhirnya Radheya menyerah kalah. Arjuna bertemu
denga Drona dan datanglah Aswatama untuk menolong ayahnya. Semua yang ada di
hadapannya di kalahkan oleh Arjuna.
Arjuna
telah mengalahkan mereka semua. Ia mengejar raja itu namun sang raja tahu semua
pasukannya telah tewas, ia melarikan diri. Namun hinaan dari
Arjuna membuat Duryodhana marah, ia balik ke medan perang namun
semua sesepuh Kurawa mengepung Arjuna. Arjuna sadar ia telah melakukan
kekacauan , lalu Arjuna memanggil Astra Sammohana, yang membuat para pasukan
termasuk sesepuh Kurawa pingsan. Dan diambillah kain dari masing sesepuh kuda
tersebut karena ingat dengan janji dari putra Utara. Para Kurawa akhirnya
kembali ke Hastinapura.
Arjuna
turun dari kereta, ia menyuruh mengirim pesan ke kota akan
kemenangannya. Ia juga memberi tahu Utara Kumara agar tidak mmeberi tahu bahwa
para Pandawa ada di Wirata. Ia menyuruh Utara Kumara untuk mengakui bahwa ia
tahu yang telah bertarung dengan para Kurawa itu. Mereka menuju pohon Sami panji
kera dig anti lagi dengan panji Singa dan Gandiwa Arjuna di bungkus dengan
senjata lain. Arjuna mengambil alih kereta dari Utara Kumara menaiki kereta
tesebut. Arjuna kembali ke penyamarannnya.
DARAH YUDHISTIRA
Raja
Wirata telah tiba di kota setelah bertarung yang cukup hebat itu tetapi ia
masih cemas akan putranya yang di kabarkan masih di medan perang lalu ia
menyuruh para menterinya untuk mempersiapkan pasukan untuk perang yang kedua.
Namun seketika itu Yudhistira yang mengetahui yang menjadi kusirnya adalah
Arjuna ia menyakinkan sang raja bahwa ia pasti bisa memetik kemenangannnya.
Beberapa
saat kemudian datang kabar bahwa kemenangan ada pada pihak Utara Kumara yang di
bawa oleh sekelompok para pengembala. Raja pun gembira dan ia menyarankan agar
kekerajaan di hias untuk menyambut. Sang raja duduk bersama dengan Yudhistira,
saking senang akan kemenangan lalu raja Wirata mengajak Yudhistira main dada
namu ditolaknya.
Karena
selalu mengagung-ngagungkan anaknya tersebut dan di lemparlah Yudhistira dengan
makanannya karena telah berani membilang kemenangan dari kusirnya bukan dari
putranya. Dan datanglah Utara Kumara dengan Arjuna. Arjuna bertanya-tanya
kenapa Yudhistira terluka. Diceritakanlah oleh Yudhistira, Arjuna dan Bima
marah besar namun Yudhistira bisa memenangkannya.
SETELAH GERHANA MUNCULLAH BULAN
PURNAMA
Pagi-pagi
itu Pandawa bangun pagi-pagi mereka mandi dengan air yang harum, mereka memakai
jubah mahal, mereka menuju istana raja Wirata. Yudhistira menaiki tahta dan
Drupadi di sampingnya sambil menunggu raja Wirata datang.
Sesaat
kemudian raja datang dan menanyakan mengapa para Pandawa ada di tahta dan raja
meminta agar di jelaskan karena raja tidak suka dengan itu. Yudhistira
tersenyum pada raja yang marah itu lalu Arjuna mengatakan bahwa yang duduk itu
adalah Yudhistira raja Indraprasta dan seketika itulah raja Wirata terkejut dan
bengong.
Datanglah
Utara Kumara membawa kemenangan dan membenarkan itu adalah para
Pandawa seketika itu utusan pembawa pesan dari
Hastinapura bahwa Pandawa ada di kerajaan Wirata.
PERNIKAHAN ABIMANYU
Kabar
menyambar dari segala pelosok negeri bahwa Pandawa telah menyelesaikan
Ajnatavasa bahwa pembuangan itu telah usai. Para Pandawa menuju sebuah kota di
Wirata mereka akan melaksanakan pernikahan Abimanyu, semua raja yang mencintai
Yudhistira dan langsung melaksanakan pernikahan tersebut. Semuanya berbahagia
pada waktu itu, istana raja Nampak seperti istana Indra.
2.2 NILAI
– NILAI DALAM PENGGALAN KISAH WIRATA PARWA
Di dalam Wirata parwa, banyak sekali
terdapat pokok – pokok ajaran, yaitu :
1. Pelaksanaan
terhadap Dharma Agama dan Dharma Negara sangat menonjol dalam bagian ini.
Selama penyamaran yang dilakukan oleh Pandava di negeri Matsya, satupun pedoman
penyamaran yang mereka sepakati dulu tidak ada yang dilanggar. Pedoman –
pedoman penyamaran itu semuanya mencerminkan nilai – nilai luhur yang sangat
sesuai dengan harapan ajaran agama (Hindu). Untuk lebih jelasnya, mari kita
perhatikan bunyi pedoman penyamaran yang disampaikan oleh Yudhistira kepada
saudara – saudaranya :
-
Seseorang yang menjadi pegawai seorang
raja harus selalu waspada, ia harus bekerja tanpa banyak cakap. Ia hanya akan
memberikan pandangan atau pendapatnya kalau diminta, dan tidak boleh mendesakan
pendapatnya sendiri. Ia harus dapat memuji raja pada saat – saat yang patut.
Segala sesuatu walaupun betapa kecilnya, baru dilakukan kalau telah mendapat
persetujuan raja, sebab ia ibarat api dalam bentuk sudah membakar.
-
Janganlah pergi terlalu dekat dia,
tetapi jangan juga kelihatan menjauh atau menghindarinya. Walaupun betapa
kepercayaan raja, ia harus berpikir dengan cara lain, dan bersiap bahwa setiap
saat raja bisa menendangnya. Adalah tolol kalau terlalu banyak menyadarkan
kepercayaan kepada seorang raja. Orang tidak boleh gegabah duduk didekat raja,
baik dalam keretanya maupun dimana saja, karena mengandalkan bahwa raja memang
senang dan sayang kepadanya. Ia tidak boleh merasa sedih kalau dimarahi, dan
merasa sangat bahagia kalau dipuji harus dihindarinya.
-
Tidak boleh membuka rahasia apapun yang
dikatakan kepadanya, demikian juga tidak akan menerima sogokan dari siapapun
untuk menghianati raja. Ia tidak boleh merasa iri hati kepada pegawai lainnya.
Mungkin adakalanya raja menempatkan orang tolol sebagai kepercayaannya dengan
menggeser orang – orang pandai dan berbudi baik. Hal – hal semacam ini
janganlah dihiraukan. Tahanlah hidup menyamar selama satu tahun maka segala
kesukaran akan bisa diatasi dengan kerendahan hati dan kebesaran jiwa.
Makna yang dapat ditangkap dari isi pedoman diatas
adalah Yudhistira menekankan “Disiplin diri” sebagai inti dari keberhasilan
mereka. Disiplin dalam kewaspadaan, sikap tidak gegabah, tidak irihati, tidak
menghianati seseorang apalagi ia raja, teguh memegang rahasia yang sifatnya
positif, kerendahan hati serta disiplin perjuangan dengan kebesaran jiwa.
Inilah kurang lebih yang penting untuk dijadikan pedoman dalam mencapai
kebahagiaan hidup jasmani maupun rohani.
2. Dalam
penggalan cerita ini juga kita temui nilai ucapan rasa terima kasih. Artinya
bahwa apabila ada orang lain yang dengan suka rela membantu kita dalam
menghadapi kesulitan, kita mempunyai suatu kewajiban untuk membalas budi baik
orang tersebut. Dalam kisah ini Pandawa membalas jasa dan budi baik raja Wirata
beserta seluruh masyarakat negeri Matsya yang telah membantu mereka dalam
keadaan yang sangat sulit selama satu tahun dengan membantu raja Wirata dalam
mempertahankan kerajaannya yang diserang olek Kaurawa. Watak kepahlawanan
kesatria Pandawa ternyata dapat dicurahkan dengan baik dalam mempertahankan
negeri Matsya ini. Pandawa berhasil mengalahkan musuh – musuh dari Kaurawa dan
mengembalikan kemakmuran negeri Matsya.
3. Terdapat
pula nilai kesetiaan (satya),
cerita Mahabharata mengandung lima nilai kesetiaan (satya) yang diwakili oleh
Yudhistira sulung pandawa. Kelima nilai kesetiaan itu adalah: Pertama, satya
wacana artinya setia atau jujur dalam berkata-kata, tidak berdusta, tidak
mengucapkan kata-kata yang tidak sopan. Kedua, satya hredaya, artinya setia
akan kata hati, berpendirian teguh dan tak terombang-ambing, dalam menegakkan
kebenaran. Ketiga, satya laksana, artinya setia dan jujur mengakui dan
bertanggung jawab terhadap apa yang pernah diperbuat. Keempat, satya mitra,
artinya setia kepada teman/sahabat. Kelima, satya semaya, artinya setia kepada
janji. Nilai kesetiaan/satya sesungguhnya merupakan media penyucian pikiran.
Orang yang sering tidak jujur kecerdasannya diracuni oleh virus ketidakjujuran.
Ketidakjujuran menyebabkan pikiran lemah dan dapat diombang-ambing oleh gerakan
panca indria. Orang yang tidak jujur sulit mendapat kepercayaan dari
lingkungannya dan Tuhan pun tidak merestui.
Dalam penggalan cerita Wirata parwa, nilai
kesetiaan dicerminkan oleh Dewi Drupadi, dimana dalam cerita ini Drupadi
diganggu oleh Keecaka namun ia tidak terpengaruh terhadap bujuk rayu Keecaka.
Ia tetap teguh terhadap rasa kesetiaannya terhadap suami – suaminya (Pandawa).
DAFTAR PUSTAKA
Puja,
Gde, MA, SH. 1985. Pengantar Agama Hindu
Untuk Perguruan Tinggi, Jilid I. Penerbit: Mayasari.
Subramaniam,
Kamala.2003.Mahabharata.Penerbit:
Paramita.Surabaya.
No comments:
Post a Comment